Selasa 15 Oct 2024 16:51 WIB

Pentingnya Pembangunan Kesehatan Berkelanjutan

Sebanyak 65 hasil penelitian dari berbagai ilmu kesehatan dipaparkan peserta.

Esa Unggul International Conference of Health Science
Foto: Dok Republika
Esa Unggul International Conference of Health Science

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Universitas Esa Unggul menggelar konferensi tingkat internasional bidang ilmu kesehatan untuk yang pertama kali. Konferensi ini diberi nama “Esa Unggul International Conference of Health Science” atau EU-ICHS ini menghadirkan enam pembicara yang berasal dari lima negara.

Rektor Universitas Esa Unggul Arief Kusuma mengatakan, tema yang diusung yakni natural resources management, health management and regulation to support sustainable development.

Baca Juga

"Yang menekankan pentingnya pembangunan kesehatan berkelanjutan yang didukung oleh pengelolaan sumberdaya alam, manajemen, dan kebijakan kesehatan," kata Arief dalam keterangannya, Selasa (15/10/2024).

Dari konferensi ini, dia berharap dapat melahirkan rekomendasi bagi upaya pembangunan kesehatan berkelanjutan di Indonesia. Selain konferensi internasional, kata dia, kegiatan ini juga menampilkan hasil penelitian dari beberapa universitas di Indonesia antara lain Universitas Indonesia, dan Universitas Hasanuddin.

"(Kemudian) Universitas Sebelas Maret, Universitas Al-Azhar Indonesia, Universitas Sultan Agung Tirtayasa, dan Universitas Esa Unggul," pungkasnya.

Sebanyak 65 hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu kesehatan dipaparkan peserta dalam bentuk oral presentation dan poster presentation pada hari ke-2 kegiatan konferensi.

Acara ini juga menghadirkan Keynote Speaker Sekretaris Badan Kebijakan

Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dr. Etik Retno Wiyati, MARS, MH.

Esa Unggul International Conference of Health Science atau EU-ICHS ini menghadirkan enam pembicara yang berasal dari lima negara, antara lain:

1. Prof. Sophia Huey-Lan Hu dari Taiwan, pakar medis dan keperawatan

2. Assoc. Prof. Dr. Kanittha Chamroonsawasdi. PhD dari Thailand pakar

kesehatan masyarakat

3. Prof. Dr. Hasniza Zaman Huri dari Malaysia, pakar farmasi klinis

4. Tammara Soma, PhD dari Kanada, pakar sistem pangan berkelanjutan

5. Dr. Laely Nur Hidayah dari Indonesia, pakar hukum lingkungan

6. Dr. Riza Arief Putranto dari Indonesia, pakar bioteknologi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement