Selasa 15 Oct 2024 18:11 WIB

Dokter Sebut Paparan Gadget Berpotensi Bikin Anak Lambat Bicara

Hindari memakai gadget untuk menstimulasi anak bicara.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Anak bermain gadget (ilustrasi). Berdasarkan penelitian, screentime memberikan dampak yang tidak baik bagi perkembangan anak, baik itu perilaku maupun dalam bahasa anak.
Foto: Republika.co.id
Anak bermain gadget (ilustrasi). Berdasarkan penelitian, screentime memberikan dampak yang tidak baik bagi perkembangan anak, baik itu perilaku maupun dalam bahasa anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak dr Fitri Hartanto membantah anggapan bahwa screentime dapat membantu anak belajar bahasa lebih cepat. Menurut dia, paparan gawai atau screentime sedari dini justru dapat memberikan dampak buruk terhadap perkembangan anak termasuk memicu keterlambatan bicara atau speech delay.

“Banyak orang tua yang percaya kalau screen time akan bantu anak belajar bahasa Inggris lebih cepat. Padahal itu tidak tepat. Berdasarkan penelitian, screentime memberikan dampak yang tidak baik bagi perkembangan anak, baik itu perilaku maupun dalam bahasanya,” kata dokter Fitri dalam diskusi diskusi virtual disimak di Jakarta, Selasa (15/10/2024).

Baca Juga

Ia menjelaskan pada usia dini terutama periode kritis anak, usia nol hingga 2 tahun, paparan gawai seperti menonton video, bermain perangkat elektronik, hingga video call harus dihindari. Pada periode ini, orang tua seharusnya melakukan stimulasi dengan interaksi langsung untuk membuat anak tertarik belajar bahasa.

Interaksi langsung dengan sekitar, seperti berbicara dengan orang tua atau orang lain, terbukti efektif membantu anak dalam mengembangkan kemampuan bahasa. Interaksi langsung seperti bermain bersama, mengobrol, mendengar suara, melihat ekspresi wajah, dan merespons langsung sangat krusial dalam pembelajaran bahasa buah hati.

“Jangan gunakan alat media elektronik atau gawai saat stimulasi bahasa, karena anak akan cenderung lebih tertarik pada gawai itu sendiri, dibandingkan pembelajarannya,” kata dr Fitri.

Selain menjauhkan anak dari gawai, dia juga mengingatkan orang tua untuk tidak melakukan stimulasi negatif kepada anak. Stimulasi negatif adalah ketika orang tua terlalu sering merespon bahasa tubuh atau gestur anak, tanpa mendorong mereka untuk berbicara secara verbal. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan keterlambatan bicara, karena anak menganggap bahasa tubuh sudah cukup untuk berkomunikasi.

“Saya sering bilang ke orang tua yang datang untuk konsultasi. Saya bilang, anak itu jangan diberikan stimulasi dan kasih sayang negatif. Contohnya pada saat anak berkomunikasi, harusnya orang tua hanya merespon saat anak mengucapkannya. Tapi sering kali orang tua itu, saat anak menunjuk saja sudah diberikan apa yang diinginkan anak, tanpa memberi kesempatan ke anak untuk belajar bahasa verbal,” kata dr Fitri.

Speech delay merupakan keterlambatan bicara atau keterlambatan kemampuan ekspresif bicara anak tidak sesuai dengan kelompok umurnya. Tanda speech delay dilihat dari usia misalnya ketika anak usia 8 bulan tidak mencari sumber suara dari samping atau belakang. Lalu saat anak usia 9 bulan tidak merespons apabila dipanggil dan belum ada babbling.

Tanda speech delay pada usia 12-18 bulan adalah jika anak belum menyebutkan kata yang bermakna dan belum mengerti instruksi sederhana. Pada usia 24 bulan anak tidak dapat mengucapkan kalimat dua kata yang dimengerti. Lalu pada usia 3 tahun anak belum dapat menyebutkan kalimat tiga kata atau lebih.

“Ada milestone bicara yang perlu diketahui orang tua. Milestone itu bisa dijadikan acuan untuk mengetahui apakah anak mengalami keterlambatan bicara atau tidak,” kata dr Fitri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement