REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) menutup Selokan Van Der Wijck selama Oktober 2024 ini. Penutupan dilakukan lantaran dilakukannya pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan karena umur selokan yang sudah tua.
Namun, penutupan tersebut berdampak pada kekeringan lahan pertanian milik petani di Kabupaten Sleman, hingga menyebabkan penurunan hasil panen. Alhasil, para petani yang terdampak pun mendatangi DPRD DIY meminta agar selokan tersebut kembali dibuka.
Para petani yang tergabung dalam Aliansi Peduli Petani Sleman (AP2S) mendatangi DPRD pada Senin (14/10/2024) dan Selasa (15/10/2024) ini. Dari dua kali audiensi dengan DPRD DIY dan juga BBWSSO, Selokan Van Der Wijck kembali dibuka.
“Bagi kami Pak, petani yang garapannya satu hektare yang menghasilkan Rp 20 juta, kalau dirata-rata empat. bulan gaji kami, empat bulan tidak ada, Pak. Kami kehilangan waktu empat bulan 21 hari, jadi kami mohon kepada Bapak, seandainya lima ribu hektare dan satu hektare dikerjakan oleh dua petani, berarti kita 10 ribu petani nganggur selama empat bulan,” kata perwakilan AP2S, Sutrisno.
Dari hasil audiensi yang dilakukan di DPRD DIY Selasa (15/10/2024) ini, ada tiga keputusan sementara yang dihasilkan. Pertama yakni BBWSSO akan membuka kembali Selokan Van Der Wijck pada tanggal 16 Oktober 2024 sampai dengan adanya kesepakatan final.
Kedua, para petani diberi waktu 10 hari untuk memusyawarahkan kesepakatan baru terkait permintaan BBWSSO menutup Selokan Van Der Wijck, dalam rangka kepentingan perawatan, dan renovasi selokan. Ketiga, disepakati akan adanya penutupan Selokan Van Der Wijck selama satu bulan dalam kurun waktu lima tahun sekali.
“Sementara dibuka dulu segera, nanti rembuk lagi. Kapan disepakati bersama penutupannya, seminggu cukup,” kata Ketua Sementara DPRD DIY, Nuryadi.
Nuryadi menuturkan, harus ada keputusan bersama terkait dengan penutupan selokan tersebut. Ia juga menyebut, petani harus memberikan waktu kepada BBWSSO melakukan perawatan dan renovasi selokan.
"Ini nanti petani dikoordinasi langsung oleh dinas terkait dari Kabupaten Sleman, nanti Sleman yang mengundang waktunya 10 hari. Jika tidak dilakukan, maka BBWSSO berhak menutup secara sepihak," ungkap Nuryadi.
Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA) BBWSSO, Vena Rahayu Surya Putra mengatakan, usia Van Der Wijck sudah sangat tua. Untuk itu, pemeliharaan menjadi hal penting untuk dilakukan.
Vena menekankan, tanpa pemeliharaan atau penghentian sementara, risiko kerusakan besar seperti kebocoran bisa terjadi. Hal ini, katanya, akan merugikan semua pihak.
“Kita tidak mau tiba-tiba nanti kita tidak pernah matikan, kita tidak pernah pelihara, nanti tiba-tiba jebol. Nanti yang rugi kita semua. Oleh karena itu, perlu pematian, perlu pemeliharaan untuk menjaga saluran tua itu bisa terus beroperasi,” kata Vena.
Vena menyebut, pihaknya telah melakukan sosialisasi terkait penutupan itu, yang sejalan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur DIY terkait Rencana Tatanan Global dan Pembagian Air.
“Jadi, kami menaati apa yang sudah menjadi keputusan gubernur untuk pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta,” jelas Vena.