REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis mengutuk "serangan membabi buta Israel" yang hanya memperburuk dampak kemanusiaan yang "sudah tak tertahankan" di Gaza dan Lebanon, kata pernyataan resmi kepresidenan Prancis (Elysee), Rabu (16/10/2024). Presiden Emmanuel Macron juga melakukan percakapan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (15/10/2024).
Macron kembali menegaskan komitmen Prancis untuk mencegah meluasnya konflik di kawasan, yang "akan berdampak menghancurkan bagi penduduk dan bagi keamanan internasional." Dalam konteks ini, Presiden Macron juga "mengutuk serangan membabi buta Israel yang hanya memperburuk dampak kemanusiaan, yang sudah tak tertahankan di Gaza maupun di Lebanon."
Macron menekankan perlunya gencatan senjata "tanpa penundaan" di Lebanon dan mendesak Netanyahu untuk menghentikan "operasinya."
"Presiden juga menyampaikan kemarahannya" atas cedera yang dialami sejumlah anggota pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon dan mendesak Israel untuk menghentikan "serangan yang tidak dapat dibenarkan" terhadap pasukan PBB di wilayah tersebut.
Macron juga mengungkapkan keprihatinan mendalam atas situasi di Tepi Barat, "kekerasan terhadap warga sipil, terutama dari para pemukim," kata pernyataan tersebut.
Selain kampanye militer di Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang telah merenggut lebih dari 42.000 jiwa Gaza, Palestina, Israel juga meningkatkan operasi militernya di Lebanon bulan lalu. Operasi militer Zionis Israel itu menewaskan lebih dari 1.500 orang, membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan memaksa lebih dari satu juta orang mengungsi. Israel melancarkan operasi darat pada 1 Oktober dan menembaki pos misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan.