Jumat 18 Oct 2024 07:28 WIB

Profesor Byman: Hamas Masih Jauh dari Kata Menyerah

Pemimpin baru dapat memilih untuk mengintensifkan upaya perlawanan mereka.

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar berbicara dalam rapat umum di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 21 Oktober 2011.
Foto: AP Photo/Hatem Moussa
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar berbicara dalam rapat umum di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 21 Oktober 2011.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Syahidnya Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar oleh peluru tentara Israel di Rafah, Gaza selatan, pada Kamis (17/10/2024), dinilai tidak akan berdampak besar terhadap api perlawanan di Gaza.

Daniel Byman, seorang profesor di Sekolah Layanan Luar Negeri Universitas Georgetown, mengatakan,  pembunuhan tersebut hanya bermakna  berkurangnya satu pemimpin dalam Perlawanan Palestina. Bayman menegaskan, Hamas masih jauh dari kata menyerah karena "Israel" menghadapi tantangan yang lebih kompleks pada hari-hari berikutnya di Gaza.

Baca Juga

Byman menulis dalam Foreign Policy, menjelaskan, Hamas menderita kehilangan banyak pemimpinnya seperti Ismail Haniyeh dan [diduga] Mohammed Deif, Perlawanan masih akan memiliki anggota baru yang  meski kurang berpengalaman tetapi siap mengambil alih.

Menurut Byman, kematian Sinwar memang dapat meningkatkan kemungkinan gencatan senjata, karena ia lebih agresif terhadap Israel. Dia menjelaskan, strategi Sinwar adalah membiarkan pendudukan terus-menerus merusak reputasinya di seluruh dunia dan hubungannya dengan AS, tulis Al-Mayadeen.

Menurut Byman, serangan brutal Israel terhadap Gaza merupakan kisah peringatan bagi para pemimpin masa depan dalam perlawanan tentang bahaya menghadapi musuh yang kejam. Dia mencatat bahwa Hamas mungkin merasa diuntungkan untuk berkumpul kembali dan membangun kembali di tengah klaim penjajah yang telah membunuh sepertiga pejuangnya sebagaimana telah membunuh 42.000 warga Palestina.

Di sisi lain, para pemimpin baru juga dapat memilih untuk mengintensifkan upaya perlawanan mereka. Di bawah Sinwar, Hamas secara signifikan merugikan Israel, menghidupkan kembali perjuangan Palestina, dan mencoreng citranya di mata dunia.

Setelah kehilangan banyak pemimpin, pejuang, dan nyawa warga Palestina yang tak terhitung jumlahnya, ada juga keinginan kuat untuk membalas dendam di antara Perlawanan dan anggotanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement