Jumat 18 Oct 2024 10:56 WIB

Biaya Haji Meningkat, BSI: Persiapan Keuangan Menjadi Kunci

Kesiapan finansial menjadi faktor penting bagi setiap calon jamaah.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Jamaah Haji Indonesia asal Sukabumi melakukan transaksi penukaran SAR (Saudi Arabia Riyal) di Konter Layanan BSI di Asrama Haji Bekasi, Jawa Barat, Ahad (12/5/2024).
Foto: Dok Republika
Jamaah Haji Indonesia asal Sukabumi melakukan transaksi penukaran SAR (Saudi Arabia Riyal) di Konter Layanan BSI di Asrama Haji Bekasi, Jawa Barat, Ahad (12/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Direktur Sales & Distribution Bank Syariah Indonesia (BSI) Anton Sukarna mengungkapkan, biaya haji akan terus mengalami kenaikan setiap tahun. Dengan meningkatnya biaya haji, kesiapan finansial menjadi faktor penting bagi setiap calon jamaah agar dapat menjalankan ibadah haji dengan lancar.

Anton memerinci, berdasarkan data dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), biaya sebenarnya atau real cost untuk haji per orang pada tahun 2022 mencapai hingga Rp 97,8 juta, sedangkan ongkos naik haji yang ditetapkan pemerintah hanya Rp 39,9 juta. Untuk tahun 2023, real cost haji menjadi Rp 90,1 juta dengan ongkos yang ditetapkan sebesar Rp 49,8 juta. Sementara untuk tahun 2024, real cost diperkirakan mencapai Rp 93,41 juta dan ongkos naik haji ditetapkan Rp 56,05 juta.

Baca Juga

“Artinya, dari tahun 2022 ke 2024, ongkos naik haji meningkat sekitar Rp 6 juta dalam dua tahun, atau sekitar 10 persen per tahun. Jika kita proyeksikan 10 tahun ke depan, biaya haji bisa mencapai Rp 100-120 juta,” ungkapnya dalam Communication Summit 2024 di Bali, Jumat (18/10/2024).

Anton menekankan pentingnya mempersiapkan dana untuk menutupi selisih biaya agar calon jemaah tidak terjebak dalam masalah keuangan. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya persiapan keuangan perlu ditingkatkan.

“Misalnya, jika seseorang harus menyediakan Rp 100 juta untuk pelunasan tetapi baru memiliki Rp 25 juta, kita perlu mencari cara untuk menutup kekurangan tersebut,” tuturnya.

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah menabung secara rutin setiap bulan untuk memastikan dana mencukupi saat tiba waktunya berangkat ke tanah suci. Anton juga menyampaikan bahwa saat ini fokus BSI adalah mempersiapkan orang untuk berangkat haji, bukan hanya mempercepat antrean.

“Kami mendengar bahwa beberapa bank kini membuka model haji B2C (Business to Consumer) yang memungkinkan orang mendaftar secara langsung di situs mereka dan menerima visa dari pemerintah Arab,” kata Anton.

Menurut data aplikasi Siskopatuh, sebanyak 862.843 jamaah atau 95,2 persen dari total jamaah umrah Indonesia per Agustus 2024, melakukan pendaftaran melalui BSI. Persentase ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2022, persentase jamaah yang mendaftar melalui BSI tercatat sebesar 85 persen dengan jumlah 910.365 jamaah. Angka ini meningkat menjadi 88 persen pada 2023 dengan jumlah 1.191.924 jamaah.

Per Agustus 2024, jumlah tabungan haji dan umrah BSI mencapai 5,3 juta atau sekitar Rp 13 triliun tumbuh 17 persen secara year on year. Ditargetkan hingga akhir tahun pertumbuhan tabungan haji dan umrah akan tembus 10 juta rekening.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement