Jumat 18 Oct 2024 18:28 WIB

Rahasia Kesuksesan Harun al-Rasyid Memimpin Negara

Kekhalifahan Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan saat diperintah sultan Harun al-

Kota bundar Baghdad pada abad ke-10, puncak Kekhalifahan Abbasiyah.
Foto: Ilustrasi: Jean Soutif/Science Photo Library
Kota bundar Baghdad pada abad ke-10, puncak Kekhalifahan Abbasiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sultan Harun al-Rasyid (766-809) masih berumur muda saat menjadi penguasa Dinasti Abbasiyah yaitu 20 tahun. Namun, karismanya sudah terbangun bahkan sebelum dirinya naik takhta.

Sebagai putra Khalifah Muhammad al-Mahdi (745-785), ia tampil memukau dalam memimpin pasukan Muslimin untuk menggempur basis pertahanan Romawi Timur (Bizantium). Ia meraih kemenangan demi kemenangan sehingga musuh menyingkir jauh dari wilayah kekhalifahan.

Baca Juga

Bahkan, Harun al-Rasyid dapat menguasai Ankara. Sedikit lagi mencapai jantung Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium, yakni Konstantinopel. Meskipun urung menaklukkan ibu kota lawan, ia tetap mendapatkan pengakuan sebagai pemenang.

Pemimpin Bizantium saat itu, ratu Irene Sarantapechaina (752-803) bersedia mengirimkan upeti berupa puluhan ribu keping emas per tahun kepada Baghdad.

Bagaimanapun, Harun melihat ada lagi harta yang terpendam selain kemilau logam mulia. Seperti diceritakan Roger Garaudy dalam Promesses de l'Islam, sang pemimpin Muslim itu tak menuntut hanya emas dan perak dari Bizantium. Ia juga mendesak lawannya itu agar menyerahkan kepadanya berbagai manuskrip kuno yang selama ini disimpan Konstantinopel.

Ratu Irene pun mematuhi persyaratan itu. Memang, berbeda kondisinya dengan negeri-negeri Islam kala itu. Barat masih terpuruk dalam stagnansi. Geliat intelektualnya kalah jauh dengan wilayah-wilayah Muslim, semisal Baghdad, Basrah, Damaskus, ataupun Andalusia. Peradaban Islam pada masa itu sangat condong pada literasi.

Menurut Roger Garaudy, para sultan menyokong perkembangan ilmu pengetahuan dengan sepenuh hati. Umat Islam terbuka terhadap warisan yang kaya dari kebudayaan-kebudayaan dunia yang berusia lebih tua semisal Yunani, Persia, atau Cina. Muslim menghidupkannya dan memperbaruinya dengan worldview yang sejalan Alquran dan sunnah.

Sesungguhnya, 100 tahun pertama Dinasti Abbasiyah dipimpin para sultan yang mewujudkan kemajuan negeri. Khususnya, sejak zaman khalifah al-Mahdi hingga khalifah al-Mutawakkil (847-861). Bagaimanapun, era pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid merupakan tonggak penting dalam membuka progres itu lebih lanjut lagi.

Puncak kejayaan Islam pada Abad Pertengahan dapat dikatakan bermula sejak masa kekuasaan dirinya serta kemudian anaknya, Abu al-'Abbas Abdullah alias al-Mamun (786-833). Itu terjadi di belahan dunia timur. Pada saat yang bersamaan, di belahan dunia barat, tepatnya Andalusia, peradaban Islam pun bersemi, terutama sejak kepemimpinan amir Kordoba, Abdurrahman II (792-852).

Harun Al Rasyid memegang tampuk pemerintahan sejak 14 September 786. Ia menggantikan saudaranya, Khalifah al-Hadi (764-786), yang hanya berkuasa selama satu tahun. Tepat di hari pelantikannya, putranya lahir, yakni al-Makmun. Sultan Harun mengangkat seorang ulama yang karismatik untuk menjadi perdana menterinya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement