REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Hamas telah mengonfirmasi gugurnya Yahya Sinwar. Kelompok perjuangan Palestina itu menyatakan bahwa Sinwar terbunuh dalam pertempuran.
Menurut Pejabat senior Hamas Khalil al-Hayya, kematian Sinwar hanya akan memperkuat kelompok tersebut. Al-Hayya juga mengingatkan Israel bahwa para tahanan sandera (warga Israel) tidak akan dilepaskan sebelum agresi di Gaza berakhir dan penarikan pasukan dari Gaza.
Ia menambahkan bahwa Hamas akan terus melanjutkan jalannya untuk mencapai ambisi rakyat Palestina.
Sementara itu, sayap militer kelompok Hamas bersumpah pada Jumat akan terus memerangi Israel hingga pembebasan Palestina. "Perjuangan kami tidak akan berhenti hingga Palestina dibebaskan, Zionis terakhir diusir, dan semua hak sah kami diperoleh kembali," kata Brigade Ezzedine al-Qassam dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan terbunuhnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar tidak akan menghentikan perang di Gaza. “Ini bukanlah akhir dari perang di Gaza. Ini adalah awal dari akhir,” kata Netanyahu.
“Perang ini bisa berakhir besok. Ini bisa berakhir jika Hamas meletakkan senjatanya dan mengembalikan para sandera,” katanya, langsung berbicara kepada masyarakat Gaza.
Israel akan menjamin keselamatan semua orang yang mengembalikan para tawanan tersebut. "Namun bagi mereka yang mempersenjatai diri, Israel akan memburu dan membawa Anda ke pengadilan,” kata perdana menteri.
Ia juga menyampaikan pesannya kepada wilayah yang lebih luas dengan mengatakan bahwa poros perlawanan Iran telah runtuh di depan mata.
Wakil Presiden AS Kamala Harris memuji kematian Yahya Sinwar sebagai kesempatan untuk mengakhiri perang di Gaza dan bersiap menghadapi hari berikutnya ketika Hamas tidak lagi mendominasi wilayah tersebut.
Wakil presiden AS dan calon dari Partai Demokrat mengatakan keadilan telah ditegakkan dengan kematian pemimpin Hamas tersebut. “Hamas hancur dan kepemimpinannya tersingkir,” katanya.