Sabtu 19 Oct 2024 09:09 WIB

Jelang Pelantikan Prabowo, Ini Pesan Yudi Latif di Acara Bedah Buku Rene Turos

Yudi Latif menyorot kabinet Prabowo yang gemuk.

Yudi Latif berbicara tentang presiden terpilih Prabowo dalam acara bedah buku Rene Turos di Jakarta.
Foto: Antara
Yudi Latif berbicara tentang presiden terpilih Prabowo dalam acara bedah buku Rene Turos di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menjelang pelantikan presiden terpilih, Renebook menggelar acara bedah buku Strategi Indonesia 2040 karya pakar strategi, Dr. Rahmat Mulyana di kawasan Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan Jumat (18/10/2024). Buku ini menyajikan strategi pembangunan jangka panjang Indonesia.

“Tanpa tata kelola yang efisien, dan strategi yang jelas,” Yudi Latif membuka, “Indonesia bisa kehilangan momentum emas yang penting dalam 25 tahun ke depan. Momentum ini ada di tangan pemerintahan baru. Namun, tantangan terbesar adalah kabinet baru yang gemuk, hal ini berpotensi memperlambat proses akselerasi di dua tahun pertama pemerintahan," jelas mantan kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.

Baca Juga

Yudi Latif menyoroti bahwa pembangunan bangsa harus mencakup tiga aspek penting: mental kultural, tata kelola kelembagaan sosial-politik, dan tata sejahtera (ekonomi). Menurutnya, ketiga aspek ini harus berjalan secara inklusif dan bersinergi jika Indonesia ingin mencapai pembangunan yang utuh.

Penulis buku “Negara Paripurna” ini menyayangkan bahwa masih banyak pemimpin di negeri ini, bahkan sekelas presiden yang tidak klir dalam mendefinisikan pembangunan. Pada akhirnya yang dilakukan adalah bukan membangun tapi malah merusak. Baginya pembangunan adalah gerak berkelanjutan untuk meningkatkan mutu manusia dan peradaban, baik aspek lahir maupun batin.

“Pemerintah tidak boleh hanya fokus pada pembangunan fisik seperti Ibu Kota Negara (IKN), tetapi juga harus membangun mentalitas dan jiwa bangsa,” pungkas doktor sosiologi politik jebolan Australian National University (ANU).

Yudi juga menggarisbawahi pentingnya buku ini dalam menghubungkan visi kebangsaan dengan strategi yang realistis. "Para pemimpin sering berhenti pada mimpi. Namun, mimpi tanpa strategi hanya menjadi angan-angan. Buku ini mengajak kita membangun strategi yang terukur, menghubungkan antara mimpi dan eksekusi nyata," jelasnya.

Rahmat Mulyana memaparkan bahwa buku ini merupakan hasil kajian mendalam terhadap Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), sebuah proyek strategis pemerintah sejak 2011. Strategi Indonesia 2040 memberikan rekomendasi praktis bagi Indonesia dalam mencapai kemakmuran pada 2040, dengan fokus pada lima elemen utama: pertumbuhan ekonomi, pemerataan sosial, pembangunan modal manusia, keberlanjutan lingkungan, dan reformasi kelembagaan.

"Indonesia memiliki potensi besar, tetapi masih menghadapi tantangan mendasar. Kita memerlukan strategi yang komprehensif, adaptif, dan inklusif. Buku ini menyajikan peta jalan untuk mengatasi tantangan tersebut," papar dosen STEI Tazkia ini.

Rahmat juga menekankan pentingnya dua langkah kunci dalam buku ini. Pertama, menjelaskan secara kuantitatif tujuan yang ingin dicapai; dan kedua, menyampaikan visi tersebut secara jelas dan mudah dipahami semua pihak.

Diskusi yang berlangsung interaktif ini menarik partisipasi dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, jurnalis, mahasiswa, hingga profesional. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah tentang realisasi visi Indonesia Emas 2045, mengingat ketimpangan sosial yang masih tinggi.

Rahmat menegaskan pentingnya strategi inklusif dalam bidang ekonomi, politik, dan hukum. "Pemimpin harus melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan dan memperjelas tujuan nasional untuk mewujudkan pertumbuhan yang inklusif," jelasnya.

Acara ditutup dengan penandatanganan buku oleh penulis, diikuti sesi foto bersama. Diskusi yang hangat menunjukkan antusiasme besar terhadap buku Strategi Indonesia 2040. Banyak peserta berharap buku ini bisa menjadi panduan bagi pemerintah dalam merancang masa depan Indonesia yang lebih maju, adil, dan berkelanjutan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement