REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Tim Peneliti Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil lolos Pendanaan Riset Pembangunan Berkelanjutan (PRPB) Skema Inklusivitas Perguruan Tinggi Swasta dengan total pendanaan sebesar Rp 3,5 miliar. Skema ini diadakan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) berkolaborasi dengan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbud Ristek.
Pendanaan riset tersebut, untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas penelitian Perguruan Tinggi di Indonesia, serta dalam rangka menggali potensi keunggulan riset pada Perguruan Tinggi.
Dengan perolehan itu, tim peneliti dan berbagai pihak melakukan koordinasi yang dilakukan di Ruang Diskusi lt 5 LRI, Gedung Induk Siti Walidah UMS, Jumat (18/10/2024)..
Wakil Rektor I UMS, Prof Harun Joko Prayitno, mengungkapkan ini merupakan riset spesial karena hasil dari kolaborasi lintas disiplin ilmu yang terdiri dari tiga dekan, satu kabiro dan beberapa dosen dari prodi yang berbeda-beda. Perolehan pendanaan ini juga sekaligus menjadi bukti bahwa UMS memiliki kualitas terbaik di Indonesia versi Times Higher Education (THE) World University Ranking (WUR) Tahun 2025.
“Atas nama universitas, mengucapkan selamat atas perolehan dan pencapaian ini. Saya berharap Lembaga Riset dan Inovasi (LRI) dapat mencari slot skema yang lain dari LPDP,” tutur Wakil Rektor I UMS saat memberikan arahan.
Menurutnya, ini akan memberikan motivasi kepada teman-teman lainnya untuk melakukan riset dengan skala besar.
“Ini merupakan riset spesial, karena luaran spesial ini bukan hanya pada publikasi Scopus, tetapi juga komersialisasi produk,” ujarnya.
Harun menyampaikan terima kasih kepada tim, dan ini menjadi support sekaligus menjadi mesin utama untuk mendorong dosen melakukan riset.
Hal tersebut diperkuat oleh Ketua Lembaga Riset dan Inovasi (LRI) UMS, Ir Sri Sunarjono, mengungkapkan bahwa ini merupakan satu bukti bahwa UMS memiliki kualitas riset terbaik.
Dalam kesempatan itu, Ketua Tim Peneliti, Rois Fathoni, menyampaikan rencana pelaksanaan riset. Menurutnya, ini merupakan bentuk kolaborasi lintas disiplin ilmu dan mudah-mudahan pola kerja riset seperti ini akan menghasilkan luaran yang maksimal.
“Skema pendanaan ini akan dilaksanakan selama dua tahun, sehingga akan berakhir pada tahun 2026 nanti. Menariknya, luaran ini tidak hanya terfokuskan pada publikasi Scopus saja, tetapi luaran produk yang akan dikomersialisasikan," katanya.
Luaran ini, lanjutnya, mendorong untuk melakukan sinergi akademisi dan industri menghasilkan produk yang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat.
“Dengan perolehan ini, menjadi prestasi yang luar biasa karena melihat di Indonesia cukup jarang perguruan tinggi yang lain yang mendapatkan hibah itu. Sehingga saya berpesan kepada tim untuk sungguh-sungguh untuk melakukan yang terbaik," katanya.