Ahad 20 Oct 2024 08:09 WIB

Memahami Peran Penting Seorang Fundraiser

Dalam agama Islam seorang fundraiser dikenal dengan 'Amilin".

Pimpinan BAZNAS RI Bidang Fundraising Rizaludin Kurniawan.
Foto: Dok. Baznas RI
Pimpinan BAZNAS RI Bidang Fundraising Rizaludin Kurniawan.

REPUBLIKA.CO.ID, 

Oleh Rizaludin Kurniawan (Pimpinan BAZNAS RI Bidang Fundraising)

Baca Juga

Seorang fundraiser adalah individu yang mampu mempengaruhi, memotivasi dan menggerakkan orang lain. Dia menyatukan orang-orang agar memiliki misi yang sama dan mewujudkannya bersama-sama.

Dalam konteks filantropi, seorang fundraiser tidak hanya sekadar mempengaruhi atau memotivasi, tetapi yang utama mampu menggerakkan orang lain agar dengan sukarela menyumbangkan tenaga, waktu, atau dana mereka demi kebaikan bersama. Sebuah gerakan untuk tindakan sukarela demi kebaikan publik.

Dalam agama Islam seorang fundraiser dikenal dengan 'Amilin" yaitu seorang yang mendedikasikan hidupnya mengambil dan melanjutkan "sanad" dari Rasulallah untuk mendakwahkan dan menggerakkan serta melayani kaum muslimin dalam pengelolaan zakat. Dimana zakat merupakan sedekah wajib yang harus dilakukan bagi yang sudah mencapai takaran (nisab) dan waktunya (haul) agar hidup dan kekayaanya berkembang lebih baik, bersih, suci, dan menetramkan. Tidak hanya sampai disitu, tugas Amilin dalam Islam adalah sebagai penyalur harta tersebut kepada penerima manfaat atau Mustahik agar hidup mereka pun lebih baik, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta soleh secara pribadi dan sosial.

Seorang fundraiser filantropi hadir untuk menggerakan orang agar memberikan manfaat bagi semesta, seperti yang dinyatakan dalam prinsip "wama arsalnaka Illa rahmatan lil ‘alamin." Mereka juga berfungsi untuk mengajak orang memberikan manfaat kepada sesama, memotivasi mereka untuk menjadi manusia terbaik "khairunnas anfa’uhum linnas." Sebaik2nya manusia adalah yang memberi manfaat untuk orang lain, baik dalam keadaan senang maupun susah, "Alladzina yunfiquna fissaroi wadaraai".

Fundraiser memiliki misi untuk mengubah sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada, dan yang ada agar terus lebih baik lagi. Maka dari itu, mentalitas yang mereka pupuk adalah mentalitas pejuang yang berjuang untuk kemenangan, bukan kekalahan, bahkan di dalam mimpinya sekalipun.

Keyakinan kuat bahwa apa yang mereka perjuangkan dapat terwujud mendorong para fundraiser untuk mempersiapkan diri secara sistematis dan terukur. Seperti seorang prajurit yang terjun ke medan perang, mereka membuat perencanaan yang detail dari strategi hingga pemilihan pasukan dan peralatan yang sesuai.

Pekerjaan fundraiser dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengendalian untuk mencapai kemenangan. Mereka membawa doktrin: raih kemenangan atau mati syahid, "its kariman au mut syahidan," di mana menang atau kalah sama-sama dihargai dengan kemuliaan.

Mereka tidak lelah menyerukan panggilan untuk siap beraksi dalam kebaikan, seperti cara K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah yang menggunakan kentongan untuk mengajak tetangganya bergerak memberi manfaat. Para fundraiser menggaungkan panggilan kedermawanan dengan penuh keyakinan bahwa ada keajaiban dalam memberi. Kebahagiaan dan kesejahteraan akan menghampiri mereka yang berbagi, memicu hormon serotonin (suasana hati lebih baik), dopamin (rasa bahagia), dan endorfin (rasa positif) dan oksitosin (rasa sayang) dalam dirinya.

Jadi hakikatnya seorang fundraiser adalah individu penggerak yang bertujuan untuk berbagi nilai kebaikan, kebahagiaan dan kenyamanan dengan sesamanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement