Senin 21 Oct 2024 19:30 WIB

Ribuan Orang di Brussels Tuntut Gencatan Senjata di Gaza dan Lebanon

Mesir mendesak Israel menghentikan agresi militernya di Palestina dan Lebanon.

Konidis lokasi yang terkena serangan udara Israel di desa Qana, Lebanon selatan, Rabu, 16 Oktober 2024.
Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Konidis lokasi yang terkena serangan udara Israel di desa Qana, Lebanon selatan, Rabu, 16 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Hampir 32 ribu orang turun ke jalan di ibu kota Belgia pada Minggu (20/10) untuk menuntut gencatan senjata segera di Gaza dan Lebanon, menurut kepolisian setempat.

Pada aksi pawai akbar di Brussels itu, para demonstran menyerukan kepada pemerintah Belgia untuk mendorong embargo militer internasional secara penuh terhadap Israel.

Baca Juga

Acara itu diselenggarakan oleh koalisi organisasi masyarakat sipil, menurut laporan Kantor Berita Belgia.

Ludo De Brabander dari Vrede, salah satu penyelenggara, mengatakan kepada VRT bahwa meskipun perhatian tertuju kepada Uni Eropa, Belgia masih dapat mengambil tanggung jawab atau memimpin dalam suatu isu tertentu.

"Belgia masih belum mengakui Palestina sebagai sebuah negara, seperti yang telah dilakukan Spanyol dan Irlandia," tambahnya.

Israel terus melancarkan serangan brutal terhadap Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Hamas Palestina pada Oktober lalu, meski resolusi Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera.

Lebih dari 42 ribu orang, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak saat itu telah tewas, dan hampir 99.800 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Israel juga meningkatkan serangan udara besar-besaran ke Lebanon sejak akhir bukan lalu untuk melawan apa yang mereka sebut sebagai sasaran Hizbullah, dengan membunuh lebih dari 1.500 orang dan menyebabkan lebih dari 1,34 juta lainnya mengungsi.

Perang lintas batas antara kedua belah pihak terus berlanjut sejak pecahnya perang Israel-Hamas.

Mesir

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyerukan agar pertempuran di Gaza dan Lebanon segera diakhiri, dan mendesak upaya yang lebih kuat untuk mencapai gencatan senjata dan pertukaran sandera di Gaza. Ia menegaskan kembali bahwa "pembentukan negara Palestina yang merdeka sangat penting untuk meredakan ketegangan regional serta memajukan perdamaian dan keamanan yang nyata dan berkelanjutan."

Pernyataan itu disampaikan Al-Sisi dalam sebuah pertemuan dengan delegasi bipartisan dari DPR AS, yang dipimpin oleh Anggota Kongres Tom Cole, kata Kantor Kepresidenan Mesir pada Sabtu (19/10).

Dalam pidatonya di depan delegasi AS, dia menegaskan pentingnya memulihkan perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah sambil mencegah agar konflik saat ini tidak semakin meluas. Mesir, bersama dengan Qatar dan AS, selama berbulan-bulan terlibat dalam negosiasi tidak langsung antara Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas.

Sejauh ini, belum ada kesepakatan yang dicapai dalam negosiasi tersebut karena Israel menolak mengakhiri serangan militer, menarik pasukannya dari Gaza, dan mengizinkan kembalinya warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara.

Sementara perang lintas batas antara pasukan Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon terus berlanjut sejak serangan genosida Israel di Gaza dimulai pada Oktober tahun lalu, Israel meningkatkan serangannya di Lebanon akhir bulan lalu dan menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan banyak komandan lainnya.

Serangan Israel telah merenggut lebih dari 1.500 nyawa di Lebanon dan menyebabkan 1,3 juta orang mengungsi. Israel juga menewaskan lebih dari 42.500 korban di Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada Oktober tahun lalu. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement