REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seniman asal Aceh, M Nur Fauzi berkolaborasi dengan Gudskul Ekosistem dari Jagakarsa, Jakarta Selatan, mempersembahkan tiga lukisan yang sangat unik dan bernilai sejarah: Tapak Jejeg, Jurus Keset Bacok, dan Jurus Sikut Maen Pukul. Melalui ketiga karyanya itu, Fauzi menggali memori lokal yang melekat pada seni bela diri tradisional Betawi, yang dikenal dengan istilah maen pukul.
Fauzi dan Gudskul Ekosistem berkolaborasi buah hasil dari program Lab Indonesiana: Baku Konek. Karya Fauzi tidak hanya sekadar menggambarkan jurus-jurus pencak silat, tetapi juga sebagai dokumentasi visual atas warisan budaya yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi lain di Kampung Bengek, Jagakarsa.
Dengan teknik drawing pen on paper yang dikombinasikan dengan augmented reality (AR), Fauzi berhasil mengabadikan gerakan seni bela diri ini dalam visual yang modern namun tak lepas dari akar tradisionalnya. Dalam setiap goresan yang dibuat, Fauzi ingin menyampaikan pesan penting yakni seni bela diri tradisional seperti maen pukul sebagai bagian dari identitas dan memori kolektif yang harus dilestarikan.
Dalam kampung-kampung kecil di Jagakarsa, berbagai jurus tersebut diwariskan oleh para guru silat kepada para pemuda. Namun sayangnya, belum ada dokumentasi resmi atau buku pelajaran yang merangkum gerakan-gerakan itu. Melalui karya visualnya, Fauzi berharap karyanya bisa menjadi salah satu cara untuk menyampaikan informasi ini kepada generasi muda.
"Karya ini adalah cara saya untuk membantu melestarikan seni bela diri Betawi, agar jurus-jurus seperti Tapak Jejeg dan Jurus Keset Bacok tidak hilang ditelan perkembangan zaman. Saya menggunakan gambar sebagai cara untuk mempermudah pemahaman, terutama bagi anak-anak muda," kata Fauzi di Jakarta, Senin (21/10/2024).
Karya Fauzi x Gudskul Ekosistem merupakan buah dari residensi Baku Konek, sebuah program yang dipelopori oleh ruangrupa dan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) melalui Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya. Program tersebut memberi kesempatan bagi seniman dari berbagai daerah di Indonesia untuk saling berkolaborasi, berbagi pengalaman, dan menciptakan karya baru yang berakar pada konteks lokal masing-masing.
Semua karya dipamerkan dalam rangkaian perayaan 50 tahun Jakarta Biennale di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat pada 1 Oktober hingga 15 November 2024. "Saya sangat gembira dan bersyukur bisa bergabung dalam Baku Konek. Ini adalah kesempatan langka untuk mengenal lebih dalam tentang seni, ruang, dan sosial yang selama ini belum pernah saya ketahui," ujar Fauzi.