Rabu 23 Oct 2024 08:01 WIB

Orang Amerika Rata-Rata Konsumsi 36 Kg Gula per Tahun Menurut Studi

Mayoritas asupan gula harian mereka dalam minuman berasal dari kopi pada pagi hari.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Gula (ilustrasi). Survei yang dilakukan oleh Talker Research melaporkan rata-rata orang di Amerika Serikat mengonsumsi 36 kilogram gula per tahunnya.
Foto: www.freepik.com
Gula (ilustrasi). Survei yang dilakukan oleh Talker Research melaporkan rata-rata orang di Amerika Serikat mengonsumsi 36 kilogram gula per tahunnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah survei kesehatan terbaru mengungkap konsumsi gula manusia modern sangat tinggi dan berlebihan. Survei yang dilakukan oleh Talker Research melaporkan rata-rata orang di Amerika Serikat mengonsumsi 36 kilogram gula per tahunnya.

Statistik yang mengejutkan ini dihasilkan dari jajak pendapat terhadap 2.000 orang Amerika, guna menganalisa kebiasaan mengonsumsi gula di negara ini dan dampaknya yang mengejutkan terhadap tingkat hidrasi. Studi ini menemukan bahwa orang Amerika umumnya mengonsumsi 99 gram gula setiap hari, melebihi kandungan gula dalam dua kaleng soda berukuran 12 ons. Konsumsi berlebihan ini terjadi, meskipun 85 persen responden secara aktif berupaya mengurangi asupan gula mereka.

Baca Juga

Survei ini juga mengungkapkan, bagi 34 persen responden, mayoritas asupan gula harian mereka dalam minuman berasal dari kopi pada pagi hari. Lalu sebanyak 28 persen lainnya menyebutkan bahwa soda menjadi sumber utama asupan gula mereka.

Menariknya, lebih dari separuh partisipan (51 persen) percaya bahwa keinginan mengonsumsi gula sebenarnya merupakan tanda dehidrasi. Wawasan ini menjadi penting mengingat mereka rata-rata hanya meminum 48 ons air putih pada hari-hari biasa, jauh di bawah tingkat yang direkomendasikan.

Amy Calhoun Robb, Chief Marketing Officer di Hint Water yang mendanai survei ini, mengatakan konsumsi gula harian rata-rata warga Amerika lebih dari dua kali lipat yang direkomendasikan oleh American Heart Association. “Konsumsi air mereka juga jauh lebih sedikit daripada yang direkomendasikan oleh US National Academy of Medicine. Meskipun penting untuk mencari solusi dari masalah ini, kita juga harus memahami alasan di balik kebiasaan ini,” kata Calhoun Robb seperti dilansir Study Finds, Rabu (23/10/2024).

Survei ini mengeksplorasi faktor emosional yang memicu keinginan untuk mengonsumsi gula, dengan stres (39 persen), kebosanan (36 persen), kelelahan (24 persen), dan kesepian (17 persen) menduduki peringkat teratas. Ketika menghadapi dorongan untuk konsumsi gula ini, responden melaporkan perasaan cemas (23 persen), mudah tersinggung (22 persen), tidak sabaran (20 persen), dan tidak produktif (20 persen).

Sementara itu, beberapa suasana juga berkontribusi dalam memunculkan keinginan untuk mengudap makanan manis. Antara lain saat menonton film (31 persen), selesai makan (31 persen), membutuhkan tambahan energi di siang hari (30 persen), dan mengalami hari yang buruk di tempat kerja (19 persen). Survei ini juga menemukan bahwa pukul 15.12 sebagai waktu puncak untuk mengidam gula.

Yang paling mengkhawatirkan, rata-rata orang hanya dapat menahan keinginan mengonsumsi gula selama 13 menit sebelum akhirnya menyerah. Beberapa orang berusaha keras untuk memuaskan hasrat mengonsumsi makanan manis mereka, dengan 12 persen responden mengakui bahwa mereka akan meluangkan waktu di tengah kesibukan mereka untuk mendapatkan makanan manis.

Akibat dari pesta gula juga tidak menyenangkan. Responden melaporkan mengalami “crash” hanya 33 menit setelah menyantap kudapan manis, seperti merasa lelah (42 persen), menyesal (25 persen), dan tidak fokus (21 persen). “Ketika orang Amerika bergulat dengan kecanduan gula, survei ini menyoroti meningkatnya kesadaran akan pentingnya hidrasi. Lebih dari separuh responden secara aktif berupaya untuk minum lebih banyak air untuk mencegah keinginan mengonsumsi gula, menjadikan hidrasi yang lebih baik sebagai tujuan utama kesehatan mereka,” kata Calhoun Robb.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement