Rabu 23 Oct 2024 14:13 WIB

Berkat Teknologi, Pupuk Indonesia Optimalkan Hasil Panen Program Makmur

Preci-rice merupakan teknologi yang dikembangkan oleh Pupuk Indonesia.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Peresmian Program Makmur Pupuk Indonesia. (ilustrasi)
Foto: Dok Pupuk Kujang
Peresmian Program Makmur Pupuk Indonesia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) berkomitmen terus mengoptimalkan produktivitas program Makmur dengan menerapkan teknologi pertanian presisi Preci-Rice pada budidaya padi di Desa Mekarjaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Dalam panen yang dihadiri Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Tri Wahyudi Saleh, terdapat peningkatan hasil panen petani Mekarjaya dari 10 ton per hektare menjadi 11 ton per hektare.

"Produktivitas padi di Subang memang sudah tinggi, jauh di atas rata-rata nasional. Alhamdulillah dengan teknologi Preci-rice, hasil panennya masih bisa dioptimalkan lagi. Ada kenaikan 8,54 persen," ujar Tri Wahyudi Saleh dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (22/10/2024).

Baca Juga

Saleh menjelaskan, Preci-rice merupakan teknologi yang dikembangkan oleh Pupuk Indonesia untuk mendeteksi kandungan status hara tanah berupa N, P, dan K pada tanaman padi. Teknologi yang memanfaatkan alat drone ini mampu memberikan rekomendasi pemupukan padi dengan cepat dan presisi sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Dalam program Makmur yang bekerja sama dengan Kelompok Tani Sumber Jaya di Desa Mekarjaya ini, Saleh mengatakan Preci-rice telah melakukan mapping pada lahan seluas 174 hektare. Saleh menyampaikan rekomendasi yang diberikan oleh Preci-rice yaitu NPK sebanyak 368 kg per hektare dan Urea 189 kg per hektare.

Sementara, implementasi di lapangan, petani menggunakan masing-masing 200 kg NPK dan 200 kg Urea di umur tujuh hingga15 HST yang diperoleh dari alokasi pupuk subsidi sesuai RDKK pada pemupukan pertama. Disebabkan, ada selisih kebutuhan pupuk dari hasil Drone Mapping Preci-Rice, kemudian direkomendasi penambahan pupuk non-subsidi Nitrea 100 kg, NPK Phonska Plus 150 kg, dan Nitrokal 50 kg pada pemupukan kedua di umur 25 hingga 30 HST.

"Kami melakukan pendampingan, kami melakukan drone mapping tentang kesuburan tanaman. Kami melihat unsur apa sih yang kurang dari tanaman di sini, sehingga para petani tidak sembarangan menebar pupuk," ucap Saleh.

Saleh menyampaikan hal ini merupakan bagian dari edukasi yang mana jumlah anakan tanaman padi dengan pemupukan yang presisi sangat banyak agar panen lebih optimal. Menurut Saleh, teknologi Preci-rice ini mendukung layanan Mobil Uji Tanah (MUT) yang juga ada pada pendampingan budidaya Program Makmur.

"Apabila Preci-Rice mendeteksi kebutuhan hara pada tanaman, sementara MUT ini mendeteksi kandungan hara pada tanah," sambung Saleh.

Saleh menambahkan program Makmur merupakan ekosistem pertanian dari hulu hingga hilir, baik on farm maupun off farm. Pupuk Indonesia bertugas melakukan pendampingan budidaya.

Saleh menyampaikan program Makmur yang berkolaborasi dengan Bulog, ID Food, Sang Hyang Seri, Aksrindo merupakan bukti komitmen bersama terhadap pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Subang. Saleh mengatakan pelaksanaan Makmur Pupuk Indonesia secara nasional saat ini telah melampaui target.

"Realisasi periode Januari hingga September 2024 seluas 368.324 hektare atau 136 persen dari target 2024 seluas 350 ribu hektare. Sementara jumlah petani binaan Makmur sebanyak 145.928 orang," kata Saleh.

Di tempat yang sama, Direktur Pupuk dan Pestisida, Kementerian Pertanian Jekvy Hendra mengatakan, tantangan dunia pertanian saat ini adalah degradasi tanah dan penurunan produktivitas. Tantangan ini harus dijawab dengan solusi dan pendampingan teknologi.

"Langkah strategis Pupuk Indonesia ini, merupakan upaya konkret dan kontribusi nyata untuk kemajuan pertanian Indonesia," ujar Jekvy.

Jekvy menyampaikan pentingnya pemupukan berimbang dengan memperhatikan kualitas tanah karena banyak di daerah-daerah di Indonesia yang kebablasan menggunakan pupuk. Jekvy mencontohkan kasus penggunaan pupuk sebanyak 800 kg per hektare, padahal kebutuhannya hanya sekitar 175 kg per hektare.

"Ada yang salah dalam penyampaian informasi, terima kasih sekali teman-teman Pupuk Indonesia yang telah menyiapkan teknologi untuk pemupukan presisi," kata Jekvy.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement