Kamis 24 Oct 2024 11:20 WIB

Harga Turun Akibat Panen Raya Tapi Petani Pilih Simpan Gabah, Ini Penyebabnya

Harga gabah yang dinilai kurang menguntungkan, membuat petani lebih memilih menyimpan

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Panen raya padi di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Lilis Sri Handayan
Panen raya padi di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Panen raya musim gadu (kering) 2024 yang sedang berlangsung di Kabupaten Indramayu, menyebabkan harga gabah di tingkat petani jadi menurun. Para petani pun, memilih untuk menyimpan gabah yang dipanen.

‘’Ya sekarang lagi ramai panen,’’ ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, Kamis (24/10/2024).

Baca Juga

Sutatang mengatakan, di masa panen raya ini, harga gabah petani mengalami penurunan dibandingkan saat awal panen. Dia menyebutkan, harga gabah kering panen (GKP) saat awal panen pada September lalu ada di kisaran Rp 7.000 – Rp 7.500 per kilogram. ‘’Sekarang harga GKP di tingkat petani hanya Rp 6.500 per kilogram,’’ kata Sutatang.

Bahkan, kata Sutatang, harga GKP saat ini pun jauh lebih rendah dibandingkan musim gadu 2023. Saat itu, harga GKP mencapai Rp 8 ribu per kilogram. Sutatang mengungkapkan, harga gabah saat panen gadu biasanya memang selalu tinggi. Pasalnya, kualitas gabahnya lebih bagus dibandingkan musim rendeng (penghujan).

Selain itu, setelah masa panen gadu selesai, stok gabah di lapangan akan berkurang karena adanya kekosongan waktu antara masa panen gadu dengan dimulainya kembali musim tanam rendeng.

Sutatang memperkirakan, selain disebabkan panen raya, rendahnya harga gabah di panen gadu saat ini juga imbas adanya beras bantuan pangan dari pemerintah. Akibatnya, sebagian masyarakat masih memiliki simpanan beras sehingga mereka tidak membeli beras.

Akibatnya, tengkulak pun enggan membeli gabah petani. Jikapun membeli, mereka menghargainya dengan rendah. Sutatang mengakui, dengan harga gabah yang mencapai Rp 6.500 per kilogram, petani memang masih dapat untung meski sangat tipis. Padahal, di musim tanam gadu, petani mengeluarkan modal tanam yang lebih banyak karena tantangan yang lebih besar, terutama soal pengairan.

‘’Ya biasanya panen gadu jadi kesempatan petani untuk dapat keuntungan karena harga gabah yang tinggi,’’ kata Sutatang.

Sutatang mengatakan, dengan kondisi harga yang dinilai kurang menguntungkan, sejumlah petani lebih memilih untuk menyimpan gabah yang dipanennya. Gabah tersebut akan dijual secara bertahap sesuai kebutuhan mereka atau saat harga gabah naik. ‘’Mereka juga menyimpan sebagian gabah untuk dijual saat akan memulai musim tanam rendeng,’’ kata Sutatang.

Seperti diberitakan, musim tanam rendeng (penghujan) tahun 2024/2025 di Kabupaten Indramayu akan dimulai pada 1 Desember 2024. Berbagai persiapan pun dilakukan, terutama menyangkut pasokan air irigasi.

Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu, Sugeng Heriyanto menjelaskan, permulaan musim tanam rendeng yang dijadwalkan pada 1 Desember 2024 itu diputuskan dengan memperhatikan pola irigasi yang ditetapkan oleh pemerintah. ‘’Musim tanam I ini lebih relatif aman, namun kita harus ekstra perhatian pada musim tanam II nanti agar semuanya bisa tanam dan panen,’’ katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement