Jumat 25 Oct 2024 14:30 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Pupuk Indonesia Terapkan Teknologi Pertanian Presisi 

Penerapan teknologi pertanian presisi membantu meningkatkan produktivitas.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Satria K Yudha
Pupuk Indonesia membantu petani dengan penerapan teknologi pertanian presisi.
Foto: Pupuk Indonesia
Pupuk Indonesia membantu petani dengan penerapan teknologi pertanian presisi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) berkomitmen mendukung program swasembada pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Pupuk Indonesia memiliki terobosan dengan menerapkan teknologi pertanian.

"Penerapan teknologi pertanian presisi PreciX kembali berhasil meningkatkan produktivitas dalam budi daya padi. Hasil positif ini dapat dilihat pada kegiatan Panen Riset PreciX - Agrosolution di Desa Sukamandi, Kecamatan, Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat," ujar SVP Indonesia Fertilizer Research Institute (IFRI) Pupuk Indonesia Gita Bina Nugraha dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (25/10/2024).

 

Gita menyampaikan demplot di Sukamandi dilaksanakan di lahan seluas 11,68 hektare. Gita mengatakan teknologi pertanian presisi atau precision farming mendorong peningkatan panen sebesar 5,6 ton per hektare atau naik 10 persen dari cara sebelumnya yang hanya 5,1 ton per hektare. 

 

"Tujuan utama dari teknologi pertanian presisi ini untuk mendukung program pemerintah dalam mempercepat tercapainya swasembada pangan di Indonesia," ucap Gita

 

Dengan penerapan pertanian presisi pada Program Agrosolution, lanjut Gita, Pupuk Indonesia bersama pemangku kepentingan berupaya meningkatkan hasil panen sekaligus menciptakan ekosistem pertanian yang terintegrasi dan berkelanjutan. Melalui langkah ini, sambung Gita, Pupuk Indonesia memberikan nilai tambah maksimal tidak hanya melalui peningkatan hasil panen tapi juga pendapatan bagi petani.

 

"Program Agrosolution sendiri merupakan ekosistem pertanian dari hulu hingga hilir, melibatkan perbankan, lembaga asuransi hingga offtaker," lanjut Gita. 

 

Dengan begitu, Gita memastikan pendapatan petani turut meningkat sekitar 11 persen. Dengan teknologi dan kolaborasi ini, sambung Gita, petani tidak hanya mendapatkan hasil panen lebih tinggi, tapi juga harus lebih menguntungkan.

 

Gita menjelaskan PreciX merupakan teknologi yang dikembangkan untuk mendeteksi kandungan atau status hara N, P, dan K pada tanaman padi. Teknologi yang memanfaatkan alat drone ini mampu memberikan rekomendasi pemupukan dengan cepat dan presisi.

 

"Implementasinya, teknologi ini mendukung layanan Mobil Uji Tanah (MUT) yang juga ada pada pendampingan budidaya Makmur/Agrosolution. Apabila PreciX mendeteksi kebutuhan hara pada tanaman, sementara MUT ini mendeteksi kandungan hara pada tanah," tambah Gita. 

 

Gita mengatakan Pupuk Indonesia  memanfaatkan teknologi pertanian presisi untuk melakukan pemetaan di lahan seluas 592 hektare di Sukamandi. Gita memerinci rekomendasi pemupukan per hektarnya NPK sebanyak 373 kg, Urea 189,61 kg, dan KCl 64,53 kg. 

 

"Sebagai perbandingan, petani sebelumnya mengaplikasikan pupuk NPK 300 kg, Urea 200kg, dan KCl 100 kg," sambung Gita. 

 

Gita menyampaikan pengembangan teknologi pertanian presisi dimulai dari arahan Menteri BUMN Erick Thohir yang mana unit-unit riset pada klaster pangan dan pupuk dapat berkolaborasi, yang kemudian dituangkan dalam Indonesia Food and  Fertilizer Research Institute (IFFRI). Anggotanya adalah IFRI Pupuk Indonesia, RNI Food Research Institute (RFRI), dan Bulog Food Research Institute (BFRI).

 

Gita mengatakan Pupuk Indonesia Group melakukan riset pertanian presisi di berbagai tempat di Indonesia, dengan beragam komoditas. Rinciannya di 46 titik demonstration plot (demplot) yang tersebar di 12 provinsi dengan komoditas  padi, kepala sawit, tebu, dan jagung.

 

Dari total riset tersebut, ucap Gita, Pupuk Indonesia telah menggelar demplot pertanian presisi di luas lahan 8.265 hektare dan sudah melakukan mapping di lahan seluas 252.647 hektare. Hasil riset ini diperoleh peningkatan produktivitas kurang lebih 13,5 persen.

 

"Harapannya, pola budidaya ini digunakan berkelanjutan, selain untuk mencapai produktivitas pertanian, lahan tersebut juga harus dapat mendukung hasil pertanian yang berkelanjutan, tidak hanya untuk generasi saat ini, tapi juga untuk generasi setelah kita," kata Gita.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement