Ahad 27 Oct 2024 20:51 WIB

Lilia Satu-Satunya Anak Milisi Timor-Timur Marcelino yang Merantau untuk Kuliah

Lulus SMA pada 2017, Lilia Lopes membantu ayahnya, eks komandan milisi Timor Timur, bertani di lahan milik orang. Ia sempat hendak merantau ke Bali cari kerja. Tapi pada 2019 ia merantau ke Jakarta untuk kuliah. Dari mana biaya kuliahnya?

Rep: oohya! I demi Indonesia/ Red: Partner
.
Foto: network /oohya! I demi Indonesia
.

Lilia Lopes, anak eks komandan milisi Timor-Timur pro-Indonesia merantau ke Jakarta untuk kuliah. Lima kakaknya merantau untuk mencari kerja. Sumber:dokumentasi lilia lopes

Lulus SMA pada 2017, teman-teman Lilia Lopes memilih merantau mencari kerja. Ada yang ke Surabaya, ada yang ke Jakarta, ada pula yang ke Batam. Sebagai keluarga pengungsi Timor-Timur, teman-teman sekolah Lilia itu ada yang kuliah.

Lilia tujuh bersaudara. Tiga kakak Lilia sudah merantau ke Jakarta pada 2008, disusul kakak keempat merantau ke Kalimantan pada 2016. Lilia ingin kuliah, tapi orang tua tak mampu, sehingga ia membantu ayahnya, eks komandan milisi Timor-Timur, bertani. “Kebetulan ada lahan, tapi hasilnya dibagi dua sama yang punya tanah,” ujar Lilia, Ahad (27/10/2024).

Lilia sempat akan merantau ke Bali, tetapi batal. Ia kemudian merantau ke Jakarta, bukan untuk kerja, melainkan untuk kuliah pada 2019. Baginya, itu seperti bermimpi. Setelah lulus S1, ia melanjutkan pendidikan profesi selama dua semester dan pada 9 Oktober 2024 ia diwisuda.

Sebelum menjadi pengungsi di Nusa Tenggara Timur (NTT), ayah Lilia adalah komandan Makikit Timor-Timur (milisi pro-Indonesia). Namanya Marcelino Lopes. Pada 1999 mereka mengungsi dan tinggal bersama 357 keluarga di Tuapukan, NTT, sekitar 25 kilometer dari kota Kupang..

Tapi UNHCR mencabut status mereka sebagai pengungsi pada Desember 2002. Bantuan pun berhenti mengalir, termasuk bantuan air bersih.

Pada Agustus 2010, Andi Sahrandi bersama Posko Jenggala datang di Tuapukan. Marcelino sempat mengadang mereka dengan parang, karena sudah sering datang pejabat memberi janji manis, setelah pulang tak pernah kembali lagi.

Marcelino tak mengizinkan Andi masuk kampung mereka. Tapi kesalahpahaman teratasi, karena Andi membuktikan janji, membawa bantuan beberapa truk, termasuk membantu pembuatan sumur.

Lokasi 357 keluarga eks warga Timor Timur itu memang benar-benar gersang. “Musim kemarau kering sekali,” kata Lilia.

Sumur yang dibuat Andi pun tak selalu isi air pada musim kemarau. Mereka harus antre untuk bisa mendapatkan air dari sumur-sumur itu.

“Kadang jam tiga pagi kita sudah menimba air. Kalau tunggu jam tuju pagi, airnya pasti sudah kotor. Lalu ditunggu lagi sampai airnya banyak lagi dan bersih baru bisa diambil lagi,” tutur Lilia.

Saat Andi melakukan kegiatan kemanusiaan di Tuapukan pada 2010 itu, Lilia baru berusia 12 tahun. Sebagai siswi SD, Lilia ingat, bantuan dari Posko Jenggala membantu anak-anak pengungsi belajar bersama berkat sumbangan bangunan perpustakaan berikut buku-bukunya. Mereka pun mendapat bantuan seragam sekolah dan sepatu.

Dua bulan Andi di sana, mengadakan berbagai bantuan. Lilia mengakui, hubungan keluarganya dengan Andi pun menjadi sangat baik.

Sudah takdir Tuhan, pada 2019 Marcelino bertemu dengan seorang sahabat Andi. Ia berkeluh kesah kepadanya dan mendapat nomor kontak baru Andi.


Lilia Lopes, anak eks komandan milisi Timor-Timur pro-Indonesia merantau ke Jakarta untuk kuliah. Lima kakaknya merantau untuk mencari kerja. Sumber:dokumentasi lilia lopes

Andi-Marcelino pun kemudian berkomuniasi lewat telepon. Dari komunikasi itu, Andi mendapat kabar tentang Lilia yang sudah lulus SMA. Kakak-kakak Lilia tak ada yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Lilia ingin bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Saat Andi dan Marcelino berkomunikasi lewat telepon, Lilia sedang bersama Marcelino. “Opa Andi bertanya kepada saya, ‘Kamu mau minta apa?’,” kata Lilia.

Sejak kecil, melihat lokasi mereka ditempatkan sebagai pengungsi, Lilia sudah membayangkan akan sulit meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Di bangku SMP ia sudah memiliki gambaran jurusan di perguruan tinggi yang akan ia ambil seandainya ia bisa meneruskan penddidikan selepas SMA.

Tapi ia merasa masygul dengan cita-cita itu. Sebab banyak anak muda yang memilih merantau untuk mencari kerja. Kemiskinan telah mendera mereka.

Lilia pun memberanikan diri menyampaikan keinginannya untuk bisa kuliah ketika ditanya Andi. Jurusan apa yang ingin diambil Lilia jika bisa melanjutkan sekolah?

“Saya kira mau kuliah Jurusan Hukum, ternyata bukan,” kata Andi di beranda belakang rumah Andi.

Lilia ingin mengambil keperawatan. Lilia sudah mencitakannya sejak di bangku SMP. Ia mengaku pernah mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Ia pun tertarik menjadi tenaga kesehatan. Saat itu Lilia melihat menjadi perawat itu terlihat keren.

“Selain membantu orang-orang dir umah sakit, bisa juga membantu keluarga sendiri,” ujar Lilia.

Andi pun menyanggupi menyekolahkan Lilia. Mendengar jawaban Andi, Lilia mengaku syok. Karena seperti mimpi. akan dibantu sampai selesai kuliah.

“Hal yang selama ini saya nantikan akhirnya bisa terwujudkan, Allah mengirimkan orang yang sangat baik dan tulus kepada keluarga saya. Pada saat itu saya berkata kepada diri sendiri, ‘Kamu beruntung di antara kakak-kakak kamu,’,” kata Lilia.

Pada tahun 2019 itu, Lilia pun berangkat ke Jakarta, menjadi orang kelima yang merantau dari tujuh bersaudara. Kakak Lilia yang kelima merantau pada tahun 2020.

Semua merantau untuk mencari kerja. Hanya Lilia yang merantau untuk melanjutkan sekolah. Adik Lilia, masih duduk di bangku SMP, tinggal bersama keluarga di Tuapukan.

Priyantono Oemar

sumber : https://oohya.republika.co.id/posts/484520/lilia-satu-satunya-anak-milisi-timor-timur-marcelino-yang-merantau-untuk-kuliah
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement