Selasa 29 Oct 2024 10:07 WIB

Madrasah Jadi Penggerak Kampanye Pencegahan Stunting dan Pernikahan Dini

Madrasah menjadi penyebaran literasi pencegahan stunting dan pernikahan dini.

Ilustrasi pembelajaran di madrasah.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi pembelajaran di madrasah.

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Kementerian Agama (Kemenag) melakukan sosialisasi pencegahan pernikahan dini dan stunting kepada siswa madrasah, di Kabupaten Bolaang Mongondouw Timur (Boltim), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

"Sosialisasi pencegahan pernikahan dini dan stunting sangat penting dilakukan agar siswa bisa mengetahui sejak dini akibat yang akan terjadi," kata Kepala Bidang Bimbingan Masyarakat Islam dan Haji Kemenag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Abdul Rahman Husein, di Boltim, Senin.

Baca Juga

Dia mengatakan tujuan dari sosialisasi untuk menekan angka pernikahan dini dan stunting pada anak, khususnya di lingkungan madrasah.

Ia mengatakan kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para siswa tentang dampak negatif pernikahan dini dan stunting, sehingga mereka dapat terhindar dari dua hal tersebut.

Pernikahan dini harus dicegah, katanya, karena rentang usia remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual.

Rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru merupakan ciri khas remaja. Hal tersebut tak jarang disertai dengan pengambilan keputusan yang ceroboh atau tidak berpikir panjang, seperti menikah muda atau pernikahan dini misalnya.

Pernikahan dini masih banyak ditemui di seluruh dunia, hal ini mampu menyebabkan angka kematian ibu dan anak, penularan infeksi menular seksual, dan kekerasan semakin meningkat bila dibandingkan dengan perempuan yang menikah pada usia di atas 21 tahun.

Ia juga menjelaskan stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak.

Stunting juga menjadi salah satu penyebab pertumbuhan badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan.

Wakil Kepala Bidang Kesiswaan MTsN 2 Boltim Leni Kicha mengatakan pihaknya berharap agar ilmu yang disampaikan pada sosialisasi itu dapat bermanfaat bagi para siswa, sehingga bisa berguna di dalam kehidupan sehari-hari.*

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement