Selasa 29 Oct 2024 12:42 WIB

'Hari Santri Nasional Harus Jadi Momentum bagi Santri untuk Proaktif Lawan Terorisme'

Pola terorisme sekarang ini sudah berubah, bukan menggunakan kekerasan lagi.

Peringatan Hari Santri (Ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Peringatan Hari Santri (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2024 diharapkan bisa jadi tonggak dan momentum bagi para santri untuk terus proaktif dalam meningkatkan dan memberikan penjelasan mengenai bahaya terorisme dan memberikan perlawanan sebagai  upaya pencegahannya, khususnya di lingkungan masyarakat dan juga di pondok pesantren.

Hal tersebut dikatakan Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Mayjen TNI Roedy Widodo, kepada wartawan disela-sela acara Upacara Peringatan Hari Santri 2024 dan Deklarasi Anti Narkoba, Anti Radikalisme dan Anti Terorisme yang berlangsung di Alun-Alun Kota Cilegon, Selasa (22/10/2024).

“Tentunya di Hari Santri Nasional ini diharapkan santri dapat pro aktif dalam melakukan pencegahan. Pertama tama kita harus dapat melakulan pendeteksian secara dini. Kemudian setelah itu melakukan pencegahan dan juga perlawanan terhadap paham paham yang bersifat intoleran terlebih dahulu, setelah itu kepada yang bersifat radikal itu juga dilakukan perlawanan. Dan setelah itu yang terakhir adalah melawan terorisme,” ujar Mayjen TNi Roedy Widodo.

Dalam acara yang diseleggarakan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Cilegon yang dihadiri sekitar 1.000 santri dan pelajar se-Kota Cilegon dengan dihadiri oleh Kepala BNN RI, Komjen Pol Mathinus Hukom ini juga dilakukan Deklarasi Anti Narkoba, Anti Radikalisme dan Anti Terorisme.

“Tentunya ini sebuah momentum yang sangat luar biasa dan jarang terjadi karena bersamaan dengan deklarasi Anti Narkoba, Anti Radikalisme dan Anti Terorisme. Dimana tujuannya dalam ramgka melakukan pencegahan, penangkalan dan perlawanan secara dini dari lingkungan individu kemudian  keluarga, komunitas, masyarakat sampai kemudian bangsa Indonesia,” ujar alumni Akmil tahun 1990 ini.

Lebih lanjut diungkapkan Deputi I, dengan adanya kewaspadaan dan ketahanan nasional yang cukup kuat ini  diharapkan masyarakat utamanya para santri dapat melakukan pencegahan secara dini, penolakan dan perlawanan dari masyarakat terhadap terorisme.

“Sehingga tidak perlu melakukan perlawanan dari stakeholder, tetapi masyarakat sudah bisa bangkit, walaupun tetap stakeholder dalam hal ini BNPT sebagai koordinator tetap juga mengkoordinasikan seluruh kementerian dan lembaga terkait lainnya,” ujar perwira tinggi yang pernah menjabat sebagai Kepala Biro Perencaan, Hukum dan Humas BNPT ini.

Dikatakannya, pola terorisme sekarang ini sudah berubah, bukan menggunakan kekerasan lagi, namun sekarang sudah melebur. Bagaikan fenomena gunung es, penyebaran paham ini sudah tidak terlihat lagi di permukaan.  Dimana kita melihat gejala gejalannya saat ini yakni pertama, digitalisasi terorisme atau ideologi.

Kedua, metode Fundraising atau penggalangan dana yang sulit dilacak karena memanfaatkan transaksi gelap  untuk mendanai operasi gerakan kelompok tersebut dan yang ketiga adalah penyusupan terhadap tiga kelompok rentan yakni perempuan, rmaja dan anak-anak untuk disusupi ideologi ektrem karena dianggap lebih mudah dipengaruhi.

“Tentunya hari santri ini adalah momemtum yang luar biasa dalam rangka untuk membentengi anak anak didik kita agar terjadi pengutaan penguatan dan juga mengerti apa yang terjadi di lingkungan sekitar,” ujar mantan Dandim 0603/Lebak ini.

Untuk itu Deputi I BNPT berpesan agar Hari Santri Nasional ini juga merupakan simbol kebanggaan atas peran santri agar untuk terus berperan dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia dan mewaspadai terhadap ancaman-ancaman baru yang tidak kalah berbahaya, yaitu terorisme dan narkoba.

“Di masa kini, santri, pelajar, dan pemuda tidak hanya menjadi penerus sejarah perjuangan bangsa, tetapi juga sebagai garda terdepan dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman intoleransi, radikalisme, terorisme dan narkoba," ujarnya mengakhiri.

Dalam kesempatan tersebut Kepala BNN RI, Komjen Marthinus Hukom mengatakan santri dan pesantren merupakan suatu basis pembangunan bangsa. Dimana saat ini ada dua kerusakan moral yang perlu diantisipasi oleh para santri yaitu narkoba dan terorisme.

“Sehingga melalui momentum hari santri ini, kita mengajak semua santri untuk mengambil kembali peran masyarakat sebagai basis pendidikan moral bangsa untuk melakukan perlawanan terhadap dua isu itu,” ungkapnya.

Sementara itu Pj. Walikota Cilegon, Nana Supiana yang bertindak sebagai Pembina Upacara pada Upacara HSN tersebut mengatakan bahwa semangat perjuangan dan dedikasi para santri selalu menginspirasi untuk menuntut ilmu dan berkontribusi bagi bangsa.

“Mari para santri bersama-sama untuk menjaga persatuan dan terus kembangkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Upacara ini menjadi inspirasi, dimana, ribuan warga Kota Cilegon bersatu dan bersama menyuarakan pesan damai dalam menghadapi Pilkada nanti. Semoga santri di seluruh Indonesia semakin maju dan bermanfaat untuk masyarakat,” kata Nana Supiana mengakhiri.

Dalam kesempatan tersebut Deputi I BNPT juga turut serta memberikan penghargaan kepada  Pemerintah Kota Cilegon, Kemenag Kota Cilegon, MUI Kota Cilegon, FKUB Kota Cilegon dan FSPP Kota Cilegon, terkait atas komietmen dan jasanya dalam memfasilitasi, komitmen dan dukungan terhadap Anti Radikalisme  dan Anti Terorisme

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement