REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena Fear of Missing Out atau FOMO telah menjadi bagian yang semakin nyata dalam kehidupan generasi muda saat ini. Kekhawatiran tertinggal tren, rasa cemas tidak mengikuti perkembangan informasi terbaru, hingga takut dianggap tidak gaul oleh lingkungannya, membuat banyak orang, khususnya anak muda, berlomba-lomba untuk selalu up-to-date.
Ustadz Hanan Attaki, dalam salah satu ceramahnya, memberikan pandangan berbeda mengenai FOMO, yaitu melalui kacamata Islam dan kalender Hijriah. Menurut Ustadz Hanan, FOMO sering kali dihubungkan dengan tekanan sosial dan ketakutan tertinggal dari lingkaran pergaulan.
"Banyak yang merasa harus tampil sesuai tren, menghafal lagu-lagu populer, hingga memastikan pakaian dan aksesorisnya selalu terbaru. Bagi sebagian orang, tidak mengikuti tren tersebut bahkan bisa berujung pada rasa minder, cemas, dan bahkan depresi,"ujar dia lewat akun Youtube Hanan Attaki.
Dalam konteks ini, FOMO menjadi dampak negatif yang mempengaruhi kesejahteraan mental seseorang. Meski demikian, Ustadz Hanan menekankan bahwa fenomena ini sebenarnya dapat dimaknai secara konstruktif.Ustadz Hanan menyebutkan, "FOMO bisa menjadi positif jika diterapkan dalam perspektif Islam."
Dia mengajak umat Islam untuk menyalurkan takut ketinggalan ini pada hal-hal yang bermanfaat, seperti memahami kalender Hijriah. Kalender Hijriah adalah penanggalan Islam yang penuh dengan momen-momen istimewa untuk meningkatkan kedekatan dengan Allah SWT.
"Bagaimana kalau kita FOMO dengan kalender Hijriah?" tanya Ustadz Hanan. Dengan cara ini, FOMO berubah menjadi rasa takut kehilangan kesempatan untuk melakukan ibadah-ibadah penting yang hanya terjadi di waktu-waktu tertentu dalam Islam, seperti bulan Ramadhan, Dzulhijah, atau Muharram.