Selasa 29 Oct 2024 18:01 WIB

Tiga Momen yang Tepat untuk Bertobat

Tobat menjadi titik balik seorang hamba Allah keluar dari maksiat.

ILUSTRASI Bertobat kepada Allah.
Foto: AP Photo/Armando Franca
ILUSTRASI Bertobat kepada Allah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang bertobat secara sungguh-sungguh hendaknya menyadari, Allah Ta'ala Maha Menyaksikan setiap perbuatan makhluk-Nya.

Dari sini, seseorang akan merasa terus diawasi oleh-Nya sehingga menahan dirinya dari keinginan berbuat dosa. Makna tobat memang tidak sekadar kata-kata istighfar, tapi juga tindakan. Sekurang-kurangnya, ia tidak mengulangi lagi perbuatannya. 

Baca Juga

Ada beberapa waktu yang dinilai terbaik untuk memanjatkan doa dan tobat. Ini tidak berarti bahwa pertobatan di luar waktu-waktu ini ditolak sama sekali.

Pertama, setelah ibadah. Memohon ampunan Allah SWT bisa dilakukan kapan dan di mana saja. Akan tetapi, alangkah lebih baik bila tobat dilakukan setelah beribadah.

Dengan begitu, kita dapat mengisi kompensasi atas kekurangan ibadah yang baru saja dilaksanakan. Dalam surat An Nasr ayat 1-3, Allah berfirman:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya, Dia adalah Mahapenerima tobat.”

Di antara hikmah-Nya adalah gerak hati dalam diri seseorang untuk bertobat. Menurut Syekh Nawawi Banten dalam Tafsir Munir, orang yang bertobat menyesali dosa yang telah dilakukannya. Ia bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا “Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nasuha (tobat yang semurni-murninya). (QS at-Tahrim ayat 8).

Kedua, segera setelah tersadar telah melakukan maksiat. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 135.

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement