REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Abdul Qadir al-Jailani merupakan seorang ulama-sufi yang namanya masyhur hingga kini. Ada berbagai kisah yang menuturkan karamahnya.
Ulama dari negeri Gilan ini pernah menuturkan kisah masa kecilnya kepada para murid. “Setiap kali terlintas keinginan untuk bermain bersama teman-temanku, aku selalu mendengar suara berbisik, 'Jangan bermain, tetapi datanglah kepadaku wahai hamba Allah yang dirahmati.' Karena takut, aku segera berlari ke dalam pelukan Ibu,” katanya mengenang.
Abdul Qadir menghabiskan masa anak-anak di kampung halamannya. Dengan kecerdasannya, atas izin Allah SWT, dirinya dapat menghafal Alquran 30 juz di bawah bimbingan kedua orang tua dan kakeknya.
Tatkala masih di Gilan, dia juga memperbagus bacaan Alquran (tahsin) dengan belajar pada Abul Wafa Ali bin 'Uqail al-Hambali serta Abul Khattab Mahfuzh Al Kalwadzani.
Saat dirinya masih remaja, Abdul Qadir hijrah dari Makkah ke Baghdad. Di kota berjuluk "Seribu Satu Malam" itu, ia ingin menuntut ilmu-ilmu agama. Sebelum ia berangkat, ibundanya memberikan bekal uang sebanyak 40 dinar kepadanya.
Abdul Qadir muda ikut dalam rombongan kafilah yang menuju ke Irak. Sesampainya di Hamadan pada malam gelap gulita, rombongan tersebut tiba-tiba dicegat sekelompok perampok.
Seorang perampok menghunuskan pedang ke leher Abdul Qadir muda. "Apa yang kamu bawa!?" katanya.
"Uang 40 dinar," jawabnya.