REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Aktivitas Sesar Lembang, diprediksi dampak kerusakannya akan cukup dahsyat. Untuk meminimalisir dampak tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) meminta daerah Bandung Raya agar melakukan mitigasi potensi terjadinya aktivitas dari Sesar Lembang dalam beberapa waktu ke depan. Persiapan menghadapi bencana alam gempa bumi itu harus dipersiapkan sedini mungkin.
Terkait potensi Sesar Lembang ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung menyatakan sudah melakukan pengecekan beberapa alat seismograf atau alat pencatat gempa. Hasilnya dalam kondisi baik.
"Peralatan semua dalam kondisi on, baik sensor baik diseminasinya berupa Warning Receiver System (WRS) dan peralatan lain. Kami ada SOP peralatan tidak boleh off lebih dari 24 jam," ujar Kepala BMKG Stasiun Bandung Teguh Rahayu di Gedung Sate, Rabu (30/10/2024).
Teguh menjelaskan, peralatan penunjang deteksi kebencanaan sudah ditempatkan di beberapa titik di wilayah Jabar. Ia memastikan peralatan itu nantinya akan dimaksimalkan untuk menghadapi potensi gempa bumi.
"Sensor ada di 33 lokasi di seluruh Jawa Barat. Begitu juga dengan diseminasi WRS receiver system berada di seluruh BPBD Jabar," katanya.
Selain potensi Sesar Lembang, Pemprov Jabar juga telah mengeluarkan Suara Edaran (SE) peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi Megathrust Selat Sunda. Surat ini disampaikan ke 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat.
Surat Edaran tersebut dibuat awal September 2024, tertuang dalam nomor 128/PB.01.03/BPBD tentang meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan gempa bumi Megathrust Selat Sunda. Surat ini ditandatangani langsung oleh Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin.
Bey mengatakan, SE ini juga merespons informasi dari BMKG tentang kesiapsiagaan beberapa wilayah di zona Megathrust yang berpotensi terjadi gempa bumi dan tsunami.
"Selain itu, turut menindaklanjuti surat deputi bidang pencegahan BNPB tentang langkah-langkah kesiapsiagaan gempa bumi Megathrust," ujar Bey dikutip dari surat edaran tersebut.
Hasil kajian para ahli zona Megathrust Selat Sunda merupakan potensi bukan prediksi sehingga kapan waktu terjadi gempa bumi tidak ada yang tahu.
"Hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi secara akurat dan tepat serta kapan akan terjadi," katanya.