Sebuah penelitian terbaru dari Mount Sinai mengungkapkan bahwa setelah serangan jantung, jantung memberi sinyal kepada otak untuk menambah waktu tidur, yang membantu jantung pulih dan mengurangi peradangan.
Komunikasi antara jantung dan otak—yang bekerja melalui sistem imun—bisa jadi penting untuk penyembuhan jantung setelah kejadian kardiovaskular yang serius.
Penelitian ini, yang diterbitkan pada 30 Oktober di Nature, menunjukkan untuk pertama kalinya bagaimana jantung dan otak berkoordinasi untuk meningkatkan waktu istirahat setelah serangan jantung.
Peneliti utama Dr. Cameron McAlpine dari Mount Sinai menjelaskan bahwa setelah serangan jantung, otak mengalami perubahan yang signifikan, yang meningkatkan kebutuhan dan dorongan untuk tidur guna membantu pemulihan.
Temuan ini menyoroti pentingnya tidur nyenyak dalam mengelola kesehatan jantung, terutama bagi pasien yang sedang dalam pemulihan di rumah sakit, tempat tidur sering terganggu.
Para peneliti memulai penelitian mereka dengan model tikus. Setengah dari tikus tersebut mengalami serangan jantung, dan para peneliti memantau pola tidur mereka menggunakan perangkat yang ditanamkan untuk merekam aktivitas otak.
Mereka menemukan bahwa setelah serangan jantung, tikus mengalami tidur gelombang lambat tiga kali lebih banyak—tahap tidur nyenyak dengan gelombang otak lambat yang penting untuk pemulihan.
Peningkatan ini berlangsung sekitar seminggu setelah serangan jantung.
Di otak tikus-tikus ini, sel-sel imun yang disebut monosit ditarik dari aliran darah ke otak, tempat mereka melepaskan protein yang disebut faktor nekrosis tumor (TNF).
Protein ini mengaktifkan neuron di talamus, area otak yang terkait dengan kontrol tidur, yang menyebabkan peningkatan tidur yang diamati. Yang penting, proses ini hanya terjadi pada tikus yang mengalami serangan jantung.
Tim kemudian bereksperimen dengan memblokir sinyal TNF di talamus otak, menemukan bahwa otak menggunakan sinyal-sinyal ini untuk membantu jantung pulih, meredakan stres, dan mengurangi peradangan.
Ketika tidur terganggu pada beberapa tikus yang mengalami serangan jantung, jantung mereka menghadapi lebih banyak stres, peradangan meningkat, dan pemulihan melambat dibandingkan dengan tikus-tikus dengan tidur normal.
Ini menunjukkan bahwa tidur setelah serangan jantung bukan hanya hasil sampingan dari penyembuhan—itu penting untuk itu.
Setelah studi hewan ini, tim tersebut mengamati data manusia. Mereka menganalisis sel imun di otak pasien yang pernah mengalami serangan jantung, dan menemukan peningkatan monosit yang mirip dengan yang terlihat pada tikus.
Para peneliti juga memantau tidur lebih dari 80 pasien serangan jantung selama empat minggu dan memantau pemulihan mereka selama dua tahun.
Mereka menemukan bahwa mereka yang kurang tidur sesaat setelah serangan jantung memiliki risiko lebih tinggi mengalami kejadian kardiovaskular di masa mendatang, sementara mereka yang tidur nyenyak menunjukkan peningkatan fungsi jantung yang signifikan.
Dalam studi lain, mereka meneliti efek dari keterbatasan tidur pada orang dewasa yang sehat.
Selama lima minggu, setengah dari kelompok tidur sesuai anjuran, tujuh hingga delapan jam setiap malam, sementara setengah lainnya membatasi tidur mereka sekitar 1,5 jam setiap malam.
Kelompok yang kekurangan tidur menunjukkan respons stres dan peradangan dalam darah mereka yang mirip dengan yang terlihat pada tikus setelah tidur terganggu, yang menunjukkan bahwa bahkan kurang tidur dalam jangka pendek dapat memiliki efek signifikan pada kesehatan jantung dan kekebalan tubuh.
Dr. McAlpine percaya bahwa temuan ini mengungkap cara baru jantung dan otak bekerja sama untuk mengatur tidur, yang menekankan perlunya tidur nyenyak sebagai bagian dari pemulihan pascaserangan jantung.
Michelle Olive, Ph.D., dari National Institutes of Health, setuju, dan mencatat bahwa penelitian ini membuka jalan potensial untuk meningkatkan perawatan jantung dengan memprioritaskan tidur selama rehabilitasi.
Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti peran penting tidur setelah serangan jantung.
Mendorong tidur sebagai bagian dari perawatan pascaserangan jantung dapat membantu pasien pulih lebih cepat dan mengurangi risiko masalah jantung lebih lanjut.
Penelitian klinis di masa mendatang akan penting untuk mengonfirmasi hasil ini dan mengintegrasikan manajemen tidur ke dalam perawatan jantung standar.
Temuan penelitian dapat ditemukan di Nature. (kpo)