BANDUNG BARAT--Para relawan pemerhati lingkungan FPLH, GMP-LING, FPHJ, RPL, dan LMDH bersama sejumlah pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Lienda A Handojo, Prof Sanggono Adisasmito, Dirut PT Aimtopindo Nuansa Kimia Setyo Yanus Sasongko, dan beberapa dosen FTI ITB seperti Ardiyan Harimawan, Helen Julian, dan Dian Shofinita, serta Asisten Mahasiswa ITB, yaitu Bertrand Sirait dan Brigita Cathleen berkumpul bersama saat acara ‘Sosialisasi Pengembangan Pupuk Organik Berkelanjutan dari Pembangkit Biogas pada Peternakan Sapi’ di Kampung Babakan Ampera, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (31/10/2024).
Ketua Penyelamat Hutan Jawa (FPHJ) Eka Santosa yang hadir dalam kegiatan itu mengatakan, program pengabdian kepada masyarakat hasil kerjasama antara FTI ITB dan Pemkab Bandung Barat di era kepemimpinan Hengky Kurniawan ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk menangani pencemaran lingkungan akibat limbah kotoran sapi.
"Keberadaan program PPMI FTI ITB diharapkan menjadikan kampung Babakan Ampera ini sebagai demplot circular economy untuk warga setempat, maka saya menyerukan di momentum pilkada sekarang pilihlah calon kepala daerah yang peduli terhadap lingkungan hidup, agar bisa membuka pintu kepada para pihak yang ingin berkontribusi kepada masyarakat dibidang lingkungan hidup," ujar Eka yang dikenal juga sebagai politisi ini.
Sementara, Ketua Kelompok Keahlian Teknologi Pengolahan Biomasa Dan Pangan, Fakultas Teknologi Industri (FTI) Prof Lienda A Handojo mengucapkan terima kasih atas kerjasama semua pihak, dan berharap semoga sumbangsih dari LPPM ITB & FTI ITB bermanfaat untuk masyarakat Kabupaten Bandung Barat pada umumnya dan khususnya di Kecamatan Lembang.
“Semoga sumbangsih dari para ilmuwan ITB ini berhasil dan bisa menjadi percontohan untuk pemerintah daerah dalam menyelamatkan lingkungan hidup," Ujarnya.
Terkait biogas, Prof Lienda mengatakan, pembangunan instalasi pengolahan limbah kotoran hewan (kohe) ini, selain meminimalisir pencemaran lingkungan juga memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat sekitar.
“Limbah kohe yang diolah nantinya akan menghasilkan biogas yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Selain itu, sisa dari pengolahan biogas diolah menjadi kompos dan pakan maggot.”pungkasnya.***(Edi Yusuf)