Jumat 01 Nov 2024 17:59 WIB

OJK Kembali Blokir Rekening Bank Terindikasi Judol, Kali Ini 8.000 Entitas

OJK meminta perbankan menutup rekening yang berada dalam satu CIF

Rep: Eva Rianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga melintas di depan mural bertema cegah judi online di Kediri, Jawa Timur, Rabu (9/10/2024). Mural  karya Kapolsek Plemahan AKP Bowo Wicaksono yang memiliki hobi melukis tersebut sebagai upaya edukasi sekaligus mendukung pemerintah mencegah judi online kepada masyarakat.
Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Warga melintas di depan mural bertema cegah judi online di Kediri, Jawa Timur, Rabu (9/10/2024). Mural karya Kapolsek Plemahan AKP Bowo Wicaksono yang memiliki hobi melukis tersebut sebagai upaya edukasi sekaligus mendukung pemerintah mencegah judi online kepada masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan telah melakukan pemblokiran sebanyak 8.000 rekening bank yang terindikasi pada aktivitas judi online. Hal itu disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam laporan Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan Oktober 2024 pada Jumat (1/11/2024).

Dian menjelaskan bahwa pemblokiran ribuan rekening bank tersebut merupakan upaya dalam memberantas judi online. Hal itu sebagai suatu kebijakan dalam menjaga stabilitas sektor jasa keuangan di industri perbankan.

“Dalam rangka pemberantasan judi online yang berdampak luas pada perekonomian dan sektor keuangan, OJK telah meminta perbankan untuk melakukan pemblokiran terhadap lebih dari 8.000 rekening,” kata Dian dalam konferensi pers, Jumat (1/11/2024).

Dian menyebut, pemblokiran dilakukan setelah menerima data dari Kementerian Komunikasi dan Digital/Komdigi, atau Kementerian Komunikasi dan Informatika (nama kementerian sebelumnya).

“OJK meminta perbankan menutup rekening yang berada dalam satu customer identification file (CIF),” tegasnya.

OJK juga diketahui melakukan sejumlah langkah lainnya, seperti menginstruksikan bank untuk melakukan verifikasi identifikasi serta enchanced due diligence yang terindikasi judi online. Itu termasuk pricing dan profiling terhadap daftar nama pemilik rekening yang terindikasi melakukan transaksi terkait judi online.

OJK juga memasukkan daftar rekening nasabah terkait transaksi judi online ke dalam sistem informasi program antipencucian uang dan pencegahan pendanaan antiterorisme yang dikenal sebagai sistem Sigap. Dengan cara ini, setiap data dapat dapat diakses oleh seluruh lembaga jasa keuangan dan mempersempit ruang gerak pelaku judi online dan mengatasi asimetric information di sektor jasa keuangan.

Upaya preventif juga dilakukan di sisi edukasi masyarakat terkait judi online. Ia juga meminta industri jasa keuangan secara proaktif melakukan identifikasi dan verifikasi atas rekening dengan transaksi yang mencurigakan termasuk aktivitas judi online.

Diketahui, dalam Undang-undang Nomor 8​ Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU) dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), OJK bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait serta industri keuangan untuk terus memerangi praktik yang merugikan masyarakat dan merusak reputasi serta integritas sistem keuangan. Berdasarkan UU P2SK tersebut, OJK berwenang memerintahkan bank untuk melakukan pemblokiran rekening tertentu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement