Sabtu 02 Nov 2024 10:26 WIB

Potensi Energi dalam Ekonomi Syariah Indonesia

Negara lain telah telah berhasil memanfaatkan energi terbarukan dalam kerangka eksyar

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Penggunaan solar panel berkapasitas 10 kWp di Pabrik Tuban, Jawa Timur, sebagai salah satu inisiatif pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan dukungan terhadap program pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan.
Foto: Dok Republika
Penggunaan solar panel berkapasitas 10 kWp di Pabrik Tuban, Jawa Timur, sebagai salah satu inisiatif pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan dukungan terhadap program pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia (BI) Rifki Ismal memandang pentingnya sektor energi dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Meskipun Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam industri halal, namun sektor energi masih memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya dieksplorasi.

Sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia seharusnya tidak hanya fokus pada makanan halal dan pariwisata ramah Muslim, tetapi juga memperluas jangkauan ke dalam sektor energi.

Baca Juga

"Kita memiliki potensi untuk mengembangkan energi terbarukan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti energi solar, angin, dan biomassa," jelasnya dalam Seminar Internasional “Optimizing The Global Halal Industry Ecosystem: Leveraging Research and Innovation for Resilient Economic Growth” di Jakarta, Kamis (31/10/2024) malam.

Saat ini, kata dia, banyak negara lain telah berhasil memanfaatkan energi terbarukan dalam kerangka ekonomi syariah. Dengan mengadopsi model ini, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan ketahanan energi, tetapi juga berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.

"Energi terbarukan bukan hanya pilihan yang baik, tetapi juga merupakan kewajiban moral kita sebagai bagian dari komunitas global," tambah Ismal.

Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kurangnya kerjasama antara sektor publik dan swasta untuk mengembangkan proyek energi yang berlandaskan syariah. Oleh karenanya kolaborasi sangat penting dilakukan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan investasi dalam sektor energi.

"Kita perlu membangun kemitraan antara pemerintah, perusahaan energi, dan lembaga keuangan syariah untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan," katanya.

Selain itu, digitalisasi juga memainkan peran kunci dalam transformasi sektor energi. Dengan memanfaatkan teknologi digital, seperti IoT dan analitik data, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya.

"Kita sudah melihat banyak inovasi dalam sistem pengelolaan energi yang memanfaatkan teknologi digital, dan ini harus diterapkan dalam konteks syariah," jelasnya.

Ismal juga menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang energi syariah. Indonesia juga perlu mempersiapkan generasi muda untuk terlibat dalam sektor ini dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

"Dengan menggabungkan keunggulan sumber daya alam, inovasi, dan teknologi, kita dapat menciptakan solusi energi yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga selaras dengan nilai-nilai Islam," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement