Sabtu 02 Nov 2024 16:29 WIB

Kehancuran Proyek Zionisme Israel Mulai Terlihat Jelas?

Israel menghadapi ancaman dan kerentanan internal

Anggota suku yang setia kepada Houthi menginjak bendera AS dan Israel selama protes anti-AS dan anti-Israel, di pinggiran Sanaa, Yaman, 25 Januari 2024.
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Anggota suku yang setia kepada Houthi menginjak bendera AS dan Israel selama protes anti-AS dan anti-Israel, di pinggiran Sanaa, Yaman, 25 Januari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Aljazeera menerbitkan sebuah artikel berjudul Bidayat Inkisar Masyru' ash-Shuhyuni. Dalam artikel tersebut, sang penulis, Adham Abu Salimah, menjabarkan analisa runtuhnya proyek Zionisme yang tampak jelas.

Pada 7 Oktober 2023, perlawanan Palestina di Gaza melaksanakan Operasi Badai Al-Aqsa, yang mengguncang pilar-pilar entitas Zionis, mengguncang dua sistem utama yaitu militer dan politik.

Baca Juga

Operasi yang berujung pada kehancuran Divisi Gaza IDF pada hari pertama ini menempatkan Israel di hadapan realitas baru yang tidak diketahuinya yaitu front-front regional memasuki medan perang, dan konfrontasi meluas hingga melibatkan pihak-pihak di Lebanon, Irak, dan Yaman, mengubah konflik ini dari konflik lokal menjadi pertempuran regional yang lebih luas.

Eskalasi ini bukan hanya sebuah insiden yang lewat, melainkan merupakan titik balik yang mungkin menandakan awal keruntuhan proyek Zionis, yang telah lama mengandalkan superioritas militer dan dukungan internasional.

Proyek Zionis, seperti yang telah ditunjukkan oleh banyak pemikir, adalah proyek pemukim-kolonialis yang mengandalkan kekuatan militer dan propaganda yang menyesatkan.

Sementara Israel selama bertahun-tahun mengandalkan superioritas militer untuk menstabilkan proyeknya, “Badai Al-Aqsa” datang untuk mengkonfirmasi kerapuhan entitas ini.

Seperti halnya “Serangan Tet” di Vietnam yang merupakan awal dari berakhirnya kehadiran Amerika di Vietnam, “Badai Al-Aqsa” bisa jadi merupakan awal dari berakhirnya pendudukan Israel di Palestina.

Sepanjang sejarah, kekuatan kolonial mencapai titik puncak yang membuka jalan bagi keruntuhannya. Revolusi Aljazair adalah contoh nyata dari hal ini, ketika Front Pembebasan Nasional di Aljazair mampu melelahkan tentara Prancis, yang mengarah ke akhir pendudukan setelah delapan tahun perjuangan.

BACA JUGA: Aksi Menjijikkan Tentara Israel Pakai Baju Dalam Wanita Gaza dan Lebanon, Apa Maksudnya?

Saat ini, Israel menghadapi tantangan serupa, karena perlawanan Palestina telah membuktikan kemampuannya untuk mengacaukan keamanan Israel dan menyerang jantung sistem pertahanannya.

Dampak dari operasi ini, termasuk pengungsian para pemukim dan meningkatnya rasa tidak aman, menunjukkan bahwa Israel tidak dapat lagi menampilkan dirinya sebagai oasis keamanan.

Secara propaganda, Israel mulai menghadapi keruntuhan besar dalam narasi tradisionalnya; seperti yang ditunjukkan oleh Ilan Pappé, sejarawan anti-Zionis Israel, gagasan tentang 'tanah tanpa rakyat' telah benar-benar runtuh, dan dunia semakin sadar akan fakta-fakta sejarah.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement