Senin 04 Nov 2024 16:00 WIB

Transisi Energi Peluang Majukan Ekonomi

Penggunaan energi bersih menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Nelayan memasang panel surya di atas kapalnya sebelum melaut di Pelabuhan Perikanan Ternate, Maluku Utara, Senin (30/9/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Andri Saputra
Nelayan memasang panel surya di atas kapalnya sebelum melaut di Pelabuhan Perikanan Ternate, Maluku Utara, Senin (30/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Investasi menjadi salah satu tantangan terbesar transisi energi di Indonesia. Ketua Dewan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) Bambang Brodjonegoro menekankan bahwa transisi energi merupakan faktor kunci dalam mengantarkan Indonesia menuju visi "Indonesia Emas 2045," serta membantu Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah.

"Transisi energi bukan sekadar isu energi, tetapi harus dilihat sebagai peluang emas bagi kita untuk memajukan ekonomi dengan menginfusikan teknologi terbaru," katanya dalam pidato pembukaan acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) di Jakarta, Senin (4/11/2024).

Ia juga menekankan pentingnya investasi dalam infrastruktur, kebijakan yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan, dan pengembangan sumber daya manusia untuk memastikan tak ada pihak yang tertinggal dalam proses transisi ini.

Bambang juga mengatakan pemerintah saat ini mengintegrasikan praktik-praktik berkelanjutan dalam agenda yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen per tahun. Transisi energi, menurutnya, akan menjadi pendorong utama dalam upaya menarik lebih banyak investasi, terutama dari sektor swasta, serta memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia.

Mengutip hasil studi Low Carbon Development Indonesia (LCDI) oleh Bappenas, Bambang menekankan bahwa penggunaan energi bersih akan mengurangi beban lingkungan, menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan tangguh. "LCDI telah menunjukkan pentingnya integrasi isu iklim dalam pembangunan ekonomi," kata dia.

Dalam pidatonya, Bambang juga menyampaikan bahwa kondisi ekonomi global yang melambat akan menyulitkan Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan yang ambisius. Laporan Bank Dunia tahun 2024 yang membahas jebakan pendapatan menengah menyebutkan keluar dari jebakan ini kini semakin sulit dibandingkan dengan negara-negara lain yang telah berhasil, seperti Korea Selatan.

Selain itu, Bambang mengakui tantangan Indonesia dalam beralih dari energi berbasis fosil ke energi terbarukan, mengingat keterbatasan sumber daya seperti tenaga angin dan efisiensi panel surya. Meski demikian, ia menekankan perlunya Indonesia memanfaatkan sumber daya lokal seperti panas bumi, biomassa, dan hidroelektrik, serta pentingnya infusi teknologi dalam proses transisi energi.

“Transisi energi bukan beban, melainkan peluang besar. Jika kita bisa mengubah transisi ini menjadi peluang bisnis, hal ini akan menarik lebih banyak investasi,” ujar Bambang.

Ia juga menegaskan bahwa dukungan regulasi dan kebijakan seperti revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN), Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), dan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan sangat penting dalam mencapai masa depan rendah karbon Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement