REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah ulama berpendapat, manusia dan jin sama-sama dibebani dengan hukum taklifi (kewajiban dan larangan). Oleh karena itu, para jin pun berkewajiban menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya.
Lihat, misalnya, Alquran surah Adz-Dzariyat ayat 56. Artinya, "Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
Para jin yang menjalankan perintah tentu saja akan mendapatkan balasan pahala dari Allah. Yang mengerjakan larangan-Nya juga akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Dalam surah ar-Rahman terdapat sejumlah pernyataan Allah SWT yang berulang-ulang tentang "kamu berdua mendustakan” (tukadzdziban). Yang dimaksud di sini adalah jin dan manusia.
Ketika jin diperintah
Seorang manusia ada yang pernah memerintah jin. Ini terjadi pada zaman Nabi Sulaiman AS. Di masa Nabi Sulaiman AS berkuasa, pernah sebagian jin atas izin Allah SWT diperintahkan untuk bekerja di bawah kekuasaan putra Nabi Daud AS itu.
Mereka berbuat apa yang dikehendaki Nabi Sulaiman, seperti membuat gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang besarnya seperti kolam, dan periuk yang tetap berada di atas tungku. Lihat surah Saba ayat 12-13.
Peristiwa Nabi Sulaiman yang memberikan tugas kepada kaum jin ini juga menunjukkan, para jin mempunyai keterampilan dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ilmu yang mereka miliki juga sangat terbatas. Misalnya, mereka baru mengetahui bahwa Nabi Sulaiman wafat setelah jasadnya tersungkur karena tongkatnya dimakan rayap.
Sejumlah ulama juga berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW juga memperoleh anugerah yang sama. Beliau juga dapat menundukkan jin.
Dalam suatu kesempatan, beliau pernah bermaksud mengikat salah satu jin yang menganggu ketika sedang shalat. Namun, maksud itu beliau batalkan. Sebab, Nabi SAW mengingat doa permohonan Nabi Sulaiman AS kepada Allah. Putra Nabi Daud itu meminta kepada-Nya agar dirinya mendapatkan anugerah yang tidak diperoleh seseorang pun sesudah beliau.
Bagaimana dengan manusia biasa?