Oleh : Fathurrochman Karyadi*
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 10 Oktober 2024, Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar seminar bertajuk 'Pengaruh Jalur Rempah di Pesisir Utara Jawa'.
Acara ini diadakan di Premiere Hotel Tegal dan dihadiri oleh berbagai kalangan seperti pegiat literasi, budayawan, akademisi, penulis, pustakawan, dan komunitas lainnya yang memiliki minat pada sejarah dan kebudayaan Nusantara.
Seminar tersebut dibuka dengan sambutan oleh Dr. Restu Gunawan, M.Hum., Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, dan dilanjutkan dengan keynote speech dari Dr. H. Abdul Fikri Faqih, Wakil Ketua Komisi X DPR RI. Selain itu, beberapa narasumber turut berbagi pandangan, termasuk M. Fikri Hidayatullah dan Dwi Intan Afidah keduanya dari Politeknik Harapan Bersama Tegal, serta saya sendiri yang menyampaikan presentasi dengan tema 'Dari Nusantara untuk Dunia'.
Presentasi ini menyoroti sebuah fakta penting yang jarang disadari oleh banyak orang, yaitu bahwa Jalur Rempah Nusantara tidak hanya berperan sebagai jalur perdagangan, tetapi juga sebagai kekuatan penggerak sejarah dunia.
Jalur ini menghubungkan manusia, barang, dan ide antar benua, menjadikannya lebih dari sekadar rute ekonomi. Jalur rempah menjadi ruang pertemuan peradaban di mana ilmu, budaya, dan teknologi dipertukarkan. Jalur rempah, dengan kekayaan komoditas seperti pala, cengkeh, dan kayu manis, menjadi simbol kekayaan alam Nusantara dan menempatkan kawasan ini sebagai pusat perhatian dunia sejak abad pertengahan hingga era kolonial.