Selasa 05 Nov 2024 15:04 WIB

Konsep Humanitarian Islam, Ketum PBNU: Ini Pesan Ilahi

Humanitarian Islam bukan konsep baru dalam ajaran Islam.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat membuka Konferensi Besar (Konbes) NU dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU yang merupakan rangkaian dari Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Senin (29/1/2024).
Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat membuka Konferensi Besar (Konbes) NU dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU yang merupakan rangkaian dari Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Senin (29/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, konsep Humanitarian Islam merupakan pengembangan dari pengalaman Indonesia dalam mengelola keragaman. Menurut kiai asal Rembang yang akrab dipanggil Gus Yahya ini, Humanitarian Islam bukan konsep baru dalam ajaran Islam, tapi merupakan pesan dari Allah SWT. 

Dia menjelaskan, wacana Humanitarian Islam pertama kali diperkenalkan pada 2017 di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Sejak itu, pihaknya terus melakukan upaya sosialisasi kepada berbagai kalangan di komunitas agama, lingkaran pembuat kebijakan, dan akademisi di seluruh dunia. 

Baca Juga

"Ini adalah pesan ilahi yang inheren dalam ajaran Rasulullah Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah: 'Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil 'aalamiin'," ujar Gus Yahya saat sambutan dalam acara pembukaan International Conference on Humanitarian Islam atau Muktamar al-Dawli al-Islam Lil Insaniyah di Kampus UI, Depok, Selasa (5/11/2024). 

Gus Yahya menjelaskan, pengalaman Indonesia dalam mengelola keragaman layak dibagikan kepada komunitas internasional. "Humanitarian Islam merupakan wacana yang menemukan alurnya dari pengalaman Indonesia dalam menemukan jalan keluar dari berbagai perbedaan," ucap dia.

Sementara itu, Rektor Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro mengatakan, filsafat antarbudaya yang berkembang di Indonesia dapat menjadi contoh bagi banyak negara dalam menampilkan Islam sebagai agama yang  bisa menjadi solusi konflik di ranah global. 

"Dengan filsafat antarbudaya, Indonesia  dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Islam bukanlah ancaman melainkan solusi bagi perdamaian dunia," ujar Prof Ari.

Sebelumnya, dia juga menjelaskan bahwa berkembangnya Islam di Indonesia melalui filsafat antarbudaya yang diimplementasikan oleh Wali Songo dapat menjaga persatuan dalam keberagaman di Indonesia.

"Filsafat antarbudaya berusaha memahami dan menghargai pandangan serta nilai-nilai yang dimiliki oleh berbagai budaya yang berbeda," kata dia.

Acara ini dibuka secara resmi oleh Menteri Agama Prof Nasarudin Umar, mewakili Presiden Prabowo Subianto. Konferensi ini merupakan hasil kerjasama PBNU, Universitas Indonesia (UI), dan Centre for Shared Civilizational Values (CSCV).

Pembukaan konferensi ini menghadirkan cendekiawan dan agamawan dari berbagai negara. Hadir juga Sekretariat Liga Muslim Dunia (MWL) Asia Tenggara Abdurrahman Al-Khayyat, perwakilan duta besar negara sahabat, beserta sejumlah menteri, seperti Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri BP2MI Abdul Kadir Karding, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, Menteri Pemberdayaan Perempuan Arifatul Choiri Fauzi, beserta sejumlah pejabat dan akademisi lainnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement