REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama, Prof Kamaruddin Amin menegaskan, konsep moderasi beragama telah menjadi solusi terhadap berbagai tantangan kemanusiaan, baik di tingkat regional maupun nasional. Menurut dia, moderasi beragama juga berperan untuk mengatasi berbagai masalah global.
"Moderasi beragama berperan dalam mengatasi masalah global seperti ketimpangan sosial, perubahan iklim, serta konflik-konflik internasional yang terus berlanjut, seperti yang terlihat dalam ketegangan Israel-Palestina dan perang Rusia-Ukraina," ujar Prof Kamaruddin dalam acara pembukaan International Conference on Religious Moderation (ICROM) 2024 di Jakarta, Selasa (5/11/2024) malam.
Dia menjelaskan, dalam kurun empat tahun, Kementerian Agama (Kemenag) Indonesia telah merumuskan konsep moderasi beragama. Konsep ini dirumuskan dengan nilai-nilai yang mencakup semangat nasionalisme, anti-kekerasan, toleransi, dan perdamaian.
Menurut dia, moderasi beragama merupakan sebuah pendekatan yang dapat menyatukan berbagai elemen bangsa untuk mendorong kemajuan dan keharmonisan. “Konsep ini sudah diterapkan secara menyeluruh di Kemenag dan telah diintegrasikan ke dalam kebijakan-kebijakan kementerian dan lembaga pemerintah lainnya,” ucap Kamaruddin
Seiring waktu, lanjut dia, pada 2024, moderasi beragama diperkuat melalui Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2023, yang mencakup kementerian dan lembaga pemerintah Indonesia.
"Inisiatif ini telah menjadikan moderasi beragama sebagai program unggulan, tidak hanya di Kemenag, tetapi juga di seluruh kementerian dan lembaga di Indonesia," kata Guru Besar UIN Alauddin Makassar ini.
ICROM 2024 kali ini berfokus pada empat tema utama yakni etika dan keadilan dalam Moderasi Beragama, Moderasi Beragama dan keamanan global, Moderasi Beragama dan pembangunan manusia, serta Moderasi Beragama dan tantangan lingkungan.
Konferensi ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai dasar kerja sama religius dalam menghadapi isu-isu kritis keagamaan masa kini, serta merumuskan solusi-solusi untuk tantangan kemanusiaan yang semakin kompleks.