Kamis 07 Nov 2024 07:35 WIB

Trump Menang, Apakah Perang Gaza dan Lebanon Segera Berakhir atau Tambah Lebih Memburuk?

Kebijakan Trump tak banyak berdampak terhadap Perang Gaza dan Lebanon

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.
Foto: AP Photo/Alex Brandon
Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump menggambarkan dirinya sebagai seorang yang berprestasi, dan para pendukungnya percaya bahwa ia mampu menyatukan kepentingan Amerika meskipun ada sekutu dan musuh yang saling bertentangan.

Dikutip dari Aljazeera, Kamis (7/11/2024), citra ini mungkin telah dipercaya oleh beberapa segmen komunitas Arab-Muslim di Amerika Serikat sampai-sampai hal ini mendorong seorang syekh dari sebuah masjid di Amerika untuk secara terbuka memuji Trump dan menyerukan dukungannya.

Baca Juga

Di tengah panasnya kampanye, kampanye Trump menyampaikan kepada para pemilih dan pengamat bahwa kandidat mereka mampu mengakhiri semua perang di dunia, termasuk konflik yang telah berlangsung puluhan tahun seperti konflik Palestina-Israel, seakan-akan ia memiliki tongkat ajaib.

Namun, kenyataannya tidak sesederhana propaganda pemilu. Apa yang sebenarnya terjadi di balik propaganda sederhana ini? Apa yang akan dilakukan Trump setelah ia kembali ke Gedung Putih dan duduk di Ruang Oval?

Bagaimana ia akan membayar biaya pemilu kepada para sekutunya di Israel dan AIPAC (Komite Urusan Publik Israel Amerika)?

Fakta-fakta dari masa lalu

Dalam memikirkan masa depan, pertama-tama perlu untuk mengingat kembali sejumlah fakta dan posisi yang berasal dari masa lalu dalam beberapa bulan terakhir, dan kemudian menelusuri kembali sejarah beberapa tahun yang lalu.

Beberapa hari yang lalu, kandidat dari Partai Republik, Trump, berjanji kepada para pemilih Arab dan Muslim Amerika untuk mengakhiri perang. Selama setahun terakhir, Trump telah berulang kali mengatakan bahwa jika ia berkuasa, serangan 7 Oktober tidak akan terjadi.

Trump telah menyerukan agar perang Israel di Gaza segera diakhiri selama beberapa bulan, dan baru-baru ini mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, “Anda harus mengakhirinya dan harus melakukannya dengan cepat,” seraya menambahkan, “Raihlah kemenangan Anda dan lanjutkan, perang harus dihentikan, pembunuhan harus dihentikan.”

Trump menganggap bahwa akhir dari perang ini adalah keputusan Israel, terlepas dari seruannya untuk mengakhiri perang.

Trump mengejek seruan saingannya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, yang menyerukan gencatan senjata sebagai kendala bagi Israel.

“Sejak awal, Harris telah berupaya mengikat tangan Israel dengan menuntut gencatan senjata segera, yang hanya akan memberikan waktu bagi Hamas untuk berkumpul kembali dan melancarkan serangan baru, mirip dengan serangan 7 Oktober,” katanya.

Dalam sebuah acara peringatan di Florida, Trump bersumpah bahwa ia akan “mendukung hak Israel untuk memenangkan perang melawan teror,” dan menambahkan bahwa “Israel harus menang dengan cepat, apa pun yang terjadi” serta mengkritik pendekatan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Wakil Presiden Harris dalam perang Israel-Hamas sebagai pendekatan yang lemah dan tidak tegas.

Trump tidak membahas masalah bantuan, namun ia mengatakan bahwa mengakhiri perang harus dalam konteks kemenangan Israel, meskipun ia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan kemenangan tersebut.

BACA JUGA: Israel, Negara Yahudi Terakhir dan 7 Indikator Kehancurannya di Depan Mata

Sejak awal kampanyenya, Trump berpihak pada Israel dalam operasi militernya di dalam Jalur Gaza, dengan mengatakan dalam debat media pertama antara dirinya dan Presiden Biden sebelum Biden mengundurkan diri dari persaingan bahwa “Israel adalah pihak yang ingin melanjutkan perang, dan mereka harus diizinkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.”

Trump menentang upaya Biden untuk melakukan gencatan senjata. Trump mengulangi beberapa kali bahwa jika ia berkuasa, Hamas tidak akan melakukan serangan pada 7 Oktober.

Dengan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Israel, peluang negosiasi masa depan dengan Palestina dapat berkurang, dan eskalasi apa pun di Lebanon dapat menyebabkan konflik regional yang lebih luas yang melibatkan kekuatan regional dan internasional, sehingga membahayakan stabilitas wilayah tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement