REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga Zaid bin Ashim merupakan salah satu dari penduduk Madinah yang pertama-tama beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Bersama istrinya, Ummu Amarah Nasibah al-Maziniyah, dan dua oang putranya, yakni Habib dan Abdullah, Zaid berbaiat kepada Rasulullah SAW. Mereka, bersama dengan puluhan orang lainnya dari Madinah, melakukan sumpah setia itu di Aqabah.
Keluarga ini mendukung dakwah Rasulullah. Dalam Perang Uhud, pasangan Zaid dan Ummu Amarah ikut dalam pasukan Muslimin. Anak mereka, Abdullah bahkan mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Nabi Muhammad SAW dari serbuan kaum musyrikin.
Oleh karena itu, Rasulullah pernah berdoa mengenai keluarga Zaid bin Ashim, "Semoga Allah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya bagi kalian sekeluarga."
Saat Perang Badar dan Perang Uhud berkecamuk, Habib tidak turut serta karena usianya masih terlalu dini. Meski begitu, ia tetap membantu dalam hal persiapan logistik.
Ketika usianya sudah menginjak remaja, Habib ikut bersama saudara dan orang tuanya dalam berjihad di jalan Allah. Dalam setiap peperangan, putra Zaid bin Ashim itu biasanya diamanahkan memegang bendera panji-panji Islam sebagai tanda kokohnya barisan Muslimin.
Berawal dari mimpi