Jumat 08 Nov 2024 08:24 WIB

Perkuat Energi Panas Bumi, Geo Dipa Setor Rp 200 Miliar per Tahun ke Negara

PLTP Patuha Unit 1 telah beroperasi selama 10 tahun.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Seorang warga memikul pupuk kandang di perladangan sekitar instalasi sumur Geothermal atau panas bumi PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA/Anis Efizudin
Seorang warga memikul pupuk kandang di perladangan sekitar instalasi sumur Geothermal atau panas bumi PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – PT Geo Dipa Energi (GDE) terus memperkuat perannya dalam pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Setiap tahunnya, perusahaan ini menyetorkan sekitar Rp 200 miliar kepada negara, yang tidak hanya berdampak positif pada perekonomian nasional, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat di sekitar proyek-proyek panas bumi GDE, seperti PLTP Patuha dan Dieng.

"Secara keseluruhan, setoran ke pemerintah untuk tahun ini sekitar Rp 200 miliar," ungkap Direktur Pengembangan, Niaga, dan Eksplorasi GDE, Ilen Kardani, dalam Media Briefing Press Tour Kementerian Keuangan yang bertema "Dukungan Fiskal Pemerintah dalam Mendorong Ketahanan Energi & Meningkatkan Penerimaan Negara" di Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/11/2024).

Baca Juga

GDE, lanjut Ilen, berkomitmen untuk tidak hanya berfokus pada profit, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat di sekitar proyek. "Kami memberikan dampak positif melalui kesempatan kerja, pelatihan, pendidikan, serta peluang usaha lokal bagi masyarakat di sekitar proyek," kata Ilen.

Meskipun setiap proyek sering dihadapkan pada tantangan sosial, GDE selalu mengedepankan prinsip transparansi dan komunikasi terbuka dengan masyarakat. Pendekatan ini terbukti efektif, dengan GDE berhasil menjaga hubungan baik dengan masyarakat di Dieng selama lebih dari 20 tahun tanpa masalah sosial besar. Salah satu contoh komunikasi yang transparan adalah menjelaskan potensi risiko yang muncul, seperti uap air yang keluar saat pengeboran, untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat memicu ketegangan.

Selain itu, PLTP Patuha Unit 1 yang telah beroperasi selama 10 tahun, juga turut berkontribusi sebesar 3,98 persen terhadap bauran energi di sistem Jawa-Bali. Dengan kapasitas 59,88 MW, pembangkit ini telah menghasilkan lebih dari 4 juta kWh listrik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi di Jawa Barat dan sekitarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Kekayaan Negara (Dirjen KN), Rionald Silaban, menyampaikan, GDE merupakan "bayi" Kementerian Keuangan, yang dulunya diambil alih oleh pemerintah setelah terjadi sengketa. Kini, GDE telah berkembang menjadi perusahaan yang membanggakan.

"Komitmen pemerintah terhadap transisi energi adalah hal yang mutlak, dan kami akan terus mendukung GDE, baik dalam bentuk dukungan fiskal maupun akses ke bantuan dari lembaga multilateral, karena apa yang dilakukan GDE adalah bagian dari upaya energi hijau," kata Rionald.

Meskipun GDE belum menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan ini telah berhasil memberikan kontribusi dividen kepada pemerintah. Pemerintah juga terus memberikan dukungan terhadap pengembangan proyek-proyek GDE, termasuk yang berada di Ciwidey.

"Kami berharap pembangkit listrik geotermal di Indonesia terus berkembang. Meskipun tarif listrik yang dijual oleh GDE bisa dianggap concessional, perusahaan tetap berhasil menghasilkan listrik dengan tarif yang efisien," ujar Rionald.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement