Sabtu 09 Nov 2024 08:17 WIB

Ketika Sahabat Nabi Pilih Menikahi Janda

Jabir bin Abdullah memilih janda, bukan gadis, untuk jadi pendamping hidup.

Ilustrasi Sahabat Nabi.
Foto: Republika
Ilustrasi Sahabat Nabi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sebuah kisah tentang seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang memilih menikahi seorang janda. Alasannya, tidak lain adalah demi suatu kebaikan yang mungkin sudah sulit ditemui di zaman sekarang.

Sahabat tersebut adalah Jabir bin Abdullah RA. Dalam hadits shahih riwayat Bukhari, disebutkan tentang kondisi dirinya yang saat itu ditinggal wafat oleh ayahnya.

Baca Juga

"Ayahku wafat dan meninggalkan sembilan atau tujuh orang anak perempuan, sehingga aku pun menikahi perempuan yang pernah menikah sebelumnya," kata Jabir bin Abdullah.

Kemudian, Nabi SAW bertanya, "Apakah kamu sudah menikah, wahai Jabir?"

Yang ditanya pun menjawab, "Ya (sudah)."

Rasulullah SAW bertanya lagi, "Dengan gadis atau janda?"

Jabir berkata, "Dengan janda."

Mendengar itu, beliau bertanya, "Mengapa tidak dengan gadis sehingga kamu dapat bersenang-senang dengannya dan dia bisa bersenang-senang denganmu. Kamu dapat bergurau dengannya, dan ia pun dapat bergurau denganmu?"

Kemudian Jabir RA berkata, "Abdullah (ayah Jabir) sudah meninggal dunia, dan ia meninggalkan banyak anak perempuan. Dan aku tidak ingin membawakan mereka hal yang sama (kelahiran anak jika menikah dengan gadis). Jadi aku ingin membawakan mereka seorang wanita untuk merawat dan mengasuh mereka."

Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT memberi keberkahan kepadamu."

Sebagai catatan informasi, sepeninggal Khadijah, istri-istri Nabi SAW adalah wanita janda dengan usia di atas 45 tahun, kecuali Aisyah RA. Di antaranya adalah Saudah binti Zam'ah RA, seorang wanita tua yang suaminya meninggal di perantauan (Etiopia). Ia terpaksa kembali ke Makkah menanggung beban kehidupan bersama anak-anaknya dengan risiko dipaksa murtad.

Selain itu, ada Hindun binti Abi Umayyah RA yang dikenal sebagai Ummu Salamah. Dia awalnya memiliki suami bernama Abdullah al Makhzumi, yang terluka parah dalam perang Uhud kemudian syahid.

Ia sudah berusia lanjut, sampai-sampai pada awalnya Ummu Salamah RA menolak lamaran Nabi Muhammad SAW sebagaimana telah menolak lamaran Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

Janda paruh baya lain yang dinikahi Nabi SAW, yaitu Ramlah, putri Abu Sufyan RA, yang meninggalkan orang tuanya untuk berhijrah ke Habasyah (Etiopia) bersama suaminya. Namun, suaminya kemudian memeluk agama Nasrani di sana dan menceraikannya, sehingga ia hidup sendiri di perantauan.

Melalui Negus, penguasa Etiopia, Nabi SAW melamar Ramlah dengan tujuan mencabut penderitaannya dan menjalin hubungan dengan ayahnya yang ketika itu merupakan salah satu tokoh utama kaum musyrikin di Makkah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement