Sabtu 09 Nov 2024 14:09 WIB

Prabowo Ungkap Keinginan Belajar dari China tentang Pengentasan Kemiskinan

Prabowo juga ingin meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan dengan China.

Presiden Prabowo Subianto (kiri) memberi salam kepada Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China Zhao Leji (kanan) saat melakukan pertemuan di Balai Besar Rakyat, Beijing, China pada Sabtu (09/11/2024). Dalam pertemuan tersebut Presiden Prabowo Subianto berterima kasih karena Utusan Khusus Presiden Xi Jinping yaitu Wakil Presiden Han Zheng hadir dalam pelantikannya sebagai Presiden ke-8 RI.
Foto: ANTARA FOTO/Desca Lidya Natalia
Presiden Prabowo Subianto (kiri) memberi salam kepada Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China Zhao Leji (kanan) saat melakukan pertemuan di Balai Besar Rakyat, Beijing, China pada Sabtu (09/11/2024). Dalam pertemuan tersebut Presiden Prabowo Subianto berterima kasih karena Utusan Khusus Presiden Xi Jinping yaitu Wakil Presiden Han Zheng hadir dalam pelantikannya sebagai Presiden ke-8 RI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan keinginan Indonesia untuk belajar dari China tentang bagaimana dapat melakukan modernisasi hingga dapat mengentaskan masyarakat miskin. Hal itu diungkapkan Prabowo dalam pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Li Qiang di Balai Besar Rakyat, Beijing, Sabtu (9/11/2024).

"Kami ingin belajar dari pengalaman China, bagaimana kita telah berkembang sangat pesat dalam 30 tahun terakhir, khususnya dalam pengentasan (rakyat dari) kemiskinan," kata Presiden Prabowo dalam pertemuan yang menjadi salah satu agenda kunjungan kenegaraannya di China.

Baca Juga

Selain melakukan pertemuan bilateral dengan PM Li, Presiden Prabowo juga bertemu dengan Presiden Xi Jinping dan Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China (NPC) Zhao Leji. "Di Indonesia, kami akan meningkatkan upaya memberantas kemiskinan, dan saya pikir kami ingin belajar lebih banyak dari pengalaman China," ungkap Presiden Prabowo.

Selain itu, Presiden Prabowo juga ingin meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan. "Kemudian di bidang pendidikan, saya kira kita juga ingin bekerja sama dengan China dalam masalah pendidikan. Kami ingin mengirim lebih banyak mahasiswa kami untuk belajar di lembaga pendidikan tinggi di China dan kami juga ingin lembaga pendidikan tinggi China dapat hadir di Indonesia," kata Presiden Prabowo menambahkan.

Menurut Presiden Prabowo, sejumlah kampus di Indonesia telah membuka sektor unggulan untuk dapat bekerja sama dengan kampus asing termasuk dari China. "Dan saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan Anda dalam sektor pendidikan kami," ungkap Presiden Prabowo.

Sementara itu, Perdana Menteri Li Qiang mengatakan pertemuan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Prabowo dapat membentuk cetak biru pengembangan hubungan China-Indonesia. "China bersedia bekerja sama dengan Indonesia untuk melaksanakan kesepakatan penting yang dicapai oleh kedua kepala negara, meneruskan persahabatan tradisional, memperdalam hubungan politik, dan memperluas kerja sama praktis," kata PM Li.

Cetak biru tersebut diharapkan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi kedua negara untuk bekerja sama menemukan dan mengambil jalan yang baik menuju modernisasi serta mempromosikan kontribusi bagi kawasan dan dunia terhadap pembangunan dan kemakmuran bersama.

"Kekuatan China dan Indonesia termasuk besar, saya bersedia bertukar pandangan secara mendalam dengan Bapak Presiden mengenai isu-isu yang menjadi perhatian kita bersama," kata PM Li.

Dalam kunjungan kenegaraan itu, Presiden Prabowo Subianto didampingi sejumlah menteri. Mereka adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Rosan Perkasa Roeslani, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

Selanjutnya ada juga Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI M. Tonny Harjono, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Muhammad Ali dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dan Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement