Ahad 10 Nov 2024 05:30 WIB

Kisah Malaikat Bertemu Nabi Adam dalam Bentuk Mutiara

Nabi Adam bertemu malaikat dalam bentuk mutiara.

Infografis Jarak Waktu Tiupan Sangkakala Malaikat Israfil. Ilustrasi kiamat
Foto: Republika.co.id
Infografis Jarak Waktu Tiupan Sangkakala Malaikat Israfil. Ilustrasi kiamat

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG --Malaikat merupakan ciptaan Allah yang selalu melaksanakan tugas tanpa alpa sedikit pun. Salah satu perintah Allah pun dijalankan malaikat, sekalipun itu harus mengubah bentuk dan rupa si malaikat menjadi mutiara.

Rasa tunduk dan patuh malaikat yang konsisten itu lantaran Allah tak membekalinya dengan nafsu, berbeda dengan manusia. Dalam buku Hayat al-Qulub karya Sayyid Muhammad Baqir al-Majlisi disebutkan, Allah pernah mengutus malaikat kepada Nabi Adam dalam bentuk mutiara.

Baca Juga

Diceritakan bagaimana suatu ketika kekacauan menimpa Nabi Adam lantaran melanggar sumpahnya dan diturunkan ke bumi, Allah kemudian menerima taubatnya dan mengutus malaikat kepadanya. Bukan utusan biasa, malaikat ini dirupakan sebagai mutiara yang putih murni bersinar.

Kejadian ini tepatnya terjadi ketika Nabi Adam berada di India. Adam melihat mutiara tersebut dan kemudian terpesona akannya. Kemudian Allah membuat mutiara itu berbicara yang langsung membuat Adam terkejut.

“Wahai Adam, apakah kau mengenaliku?” kata malaikat dalam rupa mutiara itu.

Nabi Adam pun menjawab: “Tidak,”. Sang malaikat kemudian menegaskan kembali: “Kau mengenalku, tapi setan telah menguasaimu dan membuat hatimu lupa kepada Allah,”. Setelah berkata seperti itu, sang malaikat kemudian kembali ke bentuknya semula.

Dalam wujud asli sang malaikat itu, Nabi Adam mengenalinya sebagai malaikat yang biasa ia temui di surga. Lalu sang malaikat mendekati Nabi Adam seraya mengingatkan kembali janji Adam kepada Allah SWT.

Lalu kemudian Nabi Adam semakin mendekati malaikat tersebut serya mengingat kembali mengenai janjinya sebagai seorang hamba yang harus mematuhi perintah Allah. Tak terasa, air mata pun menetes dari mata Nabi Adam mengingat janjinya yang ia ingkari.

Nabi Adam kemudian memperbarui janjinya dan sebagai tanda hormat pada janji itu, beliau mencium sang malaikat. Dengan seketika, Allah membuatnya kembali menjadi mutiara lagi.

Mutiara ini terus dibawa oleh Nabi Adam menyusuri dunia yang sepi dan sunyi. Begitu sampai Makkah, Allah mengutus malaikat Jibril untuk membangun Ka’bah. Ketika itu, ia turun di antara Rukn, Hajar, dan pintu.

Maka Allah menempatkan malaikat di tempat itu sebagai saksi atas janji Adam yang telah diperbarui. Allah pun menanamkan Hajar di pilar Ka’bah tersebut. Kemudian malaikat Jibril membawa Adam dari Ka’bah ke Pegunungan Safa dan Hawa ke Pegunungan Marwa.

Nabi Adam kembali memuji dan memuliakan Asma Allah. Untuk itulah kita dianjurkan untuk menghadap Hajar dari Pegunungan Sawa dan mengucapkan Allahu Akbar. Dari hadis shahih juga dijelaskan bagaimana Rasulullah menyampaikan bahwa Adam diturunkan dari surga ke Safa, sementara Siti Hawa ke Marwa.

Kisah Adam dan Hawa

Ketika di surga, Hawa kerap merapikan rambutnya dan berhias. Maka saat ia diturunkan ke bumi, Hawa berkata: “Bagaimana aku dapat berharap keindahan dan hiasan di bumi ketika aku di bawah murka Allah?”. Ia kemudian menggerai rambutnya dan aromanya menyebar hingga mencapai India seketika.

Dalam riwayat lain dijelaskan, ketika Hawa menggerai rambutnya maka seketika itu Allah mengirim angin yang membawa aromanya dari Timur hingga ke Barat. Sebagaimana lumrah diketahui, Siti Hawa dan Nabi Adam semasa hidup di surga selalu dipenuhi kelimpahan kenikmatan dari Allah.

Namun ketika Nabi Adam dan Siti Hawa memutuskan memakan buah khuldi yang merupakan buat terlarang, Allah berkata: “Wahai Adam, Aku adalah Yang Mahakuasa dan Mahapemurah. Aku ciptakan kebaikan sebelum kejahatan, dan Aku ciptakan ampunan sebelum siksa-Ku. Aku ciptakan kemuliaan sebelum kehinaan. Sebelum Aku tetapkan kebenaran-Ku sebagai sebuah keniscayaan (yang mengingatkan manusia akan adanya siksa Allah atas pelanggaran). Wahai Adam, tidakkah Aku telah melarangmu untuk mendekati pohon ini? Dan tidakkah Aku telah berkata bahwa setan adalah musuhmu dan musuh istrimu?”.

Lalu kemudian Adam dan Hawa menerima konsekuensinya. Mereka diturunkan ke dunia untuk kembali menjalani proses sebagai seorang hamba yang taat. Turunnya Adam dan Hawa ke bumi itu pun menjadi penanda bahwa manusia sejatinya tak lepas dari khilaf dan salah, namun demikian rahmat dan cinta Allah selalu menyertai setiap hamba yang hendak bertaubat.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement