Ahad 10 Nov 2024 09:25 WIB

Manchester City dalam Krisis Setelah Empat Kekalahan Beruntun? Ini Jawaban Guardiola

Man City dikalahkan Brighton 1-2 dalam lanjutan Liga Primer Inggris.

Rep: ISR/ Red: Israr Itah
Pelatih Manchester City Pep Guardiola tertunduk.
Foto: EPA-EFE/RODRIGO ANTUNES
Pelatih Manchester City Pep Guardiola tertunduk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manchester City tidak pernah mengalami hal seburuk ini pada era kepelatihan Pep Guardiola. Serupa, Guardiola tidak pernah mendapatkan hal seburuk ini dalam karier kepelatihannya saat City mendapatkan hasik buruk dalam dua pekan.

Rasa krisis membayangi juara Inggris tersebut setelah mereka kalah dalam pertandingan keempat berturut-turut di semua kompetisi. The Citizens terjungkal di markas Brighton and Hove Albion, Stadion Amex, dalam lanjutan Liga Primer Inggris, Ahad (10/11/2024) dini hari WIB.

Baca Juga

Kekalahan 1-2 ini membuat City tertinggal lima poin di belakang Liverpool. Sebab dalam laga lain Liverpool mengalahkan Aston Villa 2-0 berkat gol Darwin Nunez dan Mohamed Salah.

City yang berada di posisi kedua belum pernah kalah dalam empat pertandingan berturut-turut sejak 2006. Ini dua tahun sebelum pengambilalihan klub oleh konsorsium Abu Dhabi dan 10 tahun sebelum kedatangan Guardiola yang mengubah permainan Manchester Biru.

Guardiola, yang secara luas dianggap sebagai pelatih terbaik dunia, tidak pernah kalah dalam empat pertandingan berturut-turut di mana pun selama masa gemilangnya sebagai pelatih yang dimulai pada tahun 2007.

Yang paling dekat yang pernah dialaminya adalah pada musim 2014/15 saat menukangi Bayern Munchen. Timnya kalah dalam adu penalti di Piala Jerman diikuti oleh tiga kekalahan berturut-turut — dua di Bundesliga, ketika Bayern telah merebut gelar, dan sekali di Liga Champions.

Jadi, Guardiola ditanya, apakah ini akhir dari era tersebut, setelah memimpin City meraih empat gelar liga papan atas berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya?

“Itu yang diinginkan orang-orang, bukan?” katanya. "Itu normal — kami menang banyak. Saya hanya ingin seluruh skuad (tersedia).”

Itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat mengingat gelandang tengah Rodri, pemenang Ballon d'Or tahun ini, absen sepanjang musim karena cedera ACL. Guardiola juga tidak bisa memainkan empat bek tengah terbaiknya, yakni Ruben Dias, John Stones, Manuel Akanji, dan Nathan Ake. Sementara playmaker Kevin De Bruyne jelas tidak cukup tajam atau bugar saat kembali dari cedera.

“Saat kami bermain buruk, saya yang pertama berkata, ‘Oh, oh, saya tidak suka.’ Namun, saya tidak punya perasaan itu,” kata Guardiola.

Memang, City dominan pada babak pertama dan unggul saat Erling Haaland mencetak golnya yang ke-12 di liga musim ini.

Namun, seperti saat kalah 4-1 di Sporting di Liga Champions pada hari Selasa, City tidak dapat mempertahankan levelnya di babak kedua dan Brighton bangkit. Joao Pedro menyamakan kedudukan pada menit ke-78 dan memberi umpan kepada Matt O'Riley untuk mencetak gol kemenangan di menit ke-83.

Bagi Guardiola, itu sederhana. Skuad City tidak dapat mengatasi masalah dengan cedera pemain pada saat jadwal pertandingan sangat padat dan cepat.

"Kami tidak dapat melakukannya setiap tiga hari, tiga hari, empat hari, tiga hari dengan situasi (cedera) yang kami miliki," katanya, seraya menambahkan dengan nada putus asa, "Saya ingin para pemain (kembali)."

Pertandingan City berikutnya adalah setelah jeda internasional, di kandang melawan Tottenham dalam lanjutan Liga Primer Inggris. Tottenham adalah tim pertama yang mengalahkan City dalam rangkaian empat kekalahan ini pada ajang Piala Liga Inggris atau Piala Carabao.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement