REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyambut Hari Pahlawan yang jatuh 10 November 2024 ini, penting bagi generasi muda untuk menghayati betapa beratnya perjuangan para pahlawan bangsa dalam meraih kedaulatan Indonesia. Pengorbanan para pahlawan yang harus dibayar dengan darah hingga nyawa, seharusnya tidak disia-siakan dengan membiarkan tumbuhnya pemahaman intoleransi yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
Guru Besar UIN Alauddin Makassar, Prof Muh Irfan Idris, menggarisbawahi pentingnya memaknai Hari Pahlawan dengan meneruskan perjuangan mereka di era digital.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Meskipun Indonesia telah merdeka, perjuangan menjaga kesatuan bangsa belum selesai. Mengingat ungkapan Soekarno, jika dulu musuh datang dari luar, maka kini tantangannya berada di dalam diri kita sendiri," ujar Irfan di Makassar, Kamis (7/11/2024).
Menurut Prof Irfan, seluruh anak bangsa harus menjadi pahlawan, bukan hanya bagi bangsa, tetapi juga bagi diri sendiri dalam mencapai kemerdekaan yang utuh baik secara fisik maupun non-fisik. Terlebih lagi, saat ini generasi muda dituntut menjadi pahlawan dalam bentuk baru yang menghadapi tantangan lintas batas ruang dan waktu.
"Dunia digital itu tanpa batas, dua sisi, tinggal bagaimana anak-anak Gen Z kita ini dibekali pengetahuan agar tidak mengabaikan nilai-nilai positif dari teknologi. Menghargai jasa pahlawan juga berarti menggunakan teknologi untuk mempromosikan persatuan, kebersamaan, dan nilai-nilai patriotisme," katanya.
Prof Irfan menambahkan, mengenang jasa pahlawan juga berarti tidak menyebarkan hoaks atau hal-hal negatif yang justru merusak semangat bangsa. Ia pun menantang generasi muda untuk membuktikan rasa cinta mereka kepada NKRI dan menunjukkan kebanggaan terhadap tanah air, mulai dari hal-hal sederhana seperti menghafal Pancasila hingga mengaplikasikan nilai-nilai luhur tersebut dalam dunia digital.
Lebih luas lagi, dirinya mengajak masyarakat untuk meresapi prinsip hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman) yang menurutnya sangat relevan di Indonesia sebagai negara dengan berbagai agama yang menekankan pentingnya keimanan.
Prof Irfan berujar, kalau negara Indonesia kacau, lalu bagaimana rakyatnya akan melaksanakan ibadah? Menurutnya, beriman berarti mencintai tanah air, tidak hanya tanah tempat kita hidup, tetapi juga tanah tempat para pahlawan berjuang dan gugur. Baginya, iman dan cinta tanah air tidak bisa dipisahkan.
"Tanpa persatuan, keamanan, dan kestabilan, bangsa ini tidak akan mampu mendukung kebutuhan rakyatnya," katanya.
Direktur Pencegahan BNPT ini mengingatkan bahwa menghormati jasa pahlawan adalah bentuk nyata dari rasa syukur terhadap kemerdekaan yang kini kita nikmati. Di banyak negara lain, ia mengamati bahwa nilai penghargaan terhadap pahlawan mulai memudar, sementara Indonesia masih menjaga nilai-nilai tersebut dengan kuat.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa setiap insan patut bersyukur bisa hidup di Indonesia, yang masih mengenang dan menghargai pahlawannya di setiap daerah. Penghormatan kepada pahlawan ini bukan sekadar seremonial, melainkan sebagai teladan bagi generasi muda agar mampu mengadopsi karakter positif yang diwariskan pahlawan.
Dalam pandangannya, bangsa ini berhutang budi kepada para pahlawan yang berkorban darah, air mata, dan keringat demi kemerdekaan NKRI. Maka, sudah sewajarnya generasi sekarang menghormati warisan mereka dengan menjaga keutuhan bangsa.
Prof Irfan juga menyoroti ancaman dari mereka yang mencoba memutar balik sejarah dan mengaku-ngaku sebagai pahlawan. Menurutnya, perlu adanya kewaspadaan terhadap orang-orang yang ia sebut sebagai 'pahlawan kesiangan'. yaitu mereka yang hanya mencari popularitas dengan memanipulasi sejarah demi kepentingan pribadi.
"Zaman berganti, tentu kita harus memiliki sumber yang akurat agar siapapun yang mau memutar balikkan sejarah harus membaca secara keseluruhan. Memahami sejarah secara utuh adalah penting untuk menghindari penyesatan informasi yang dapat merusak pemahaman generasi muda tentang perjuangan dan nilai-nilai para pahlawan,” lanjutnya.
Memperingati Hari Pahlawan di tahun ini, Prof Irfan mengajak generasi muda untuk menjadi pahlawan masa kini yang menggunakan teknologi dengan bijak untuk membangun rasa cinta tanah air. Menurutnya, menggunakan teknologi untuk memviralkan rasa kebersamaan, rasa patriotisme, itu bagian dari menghargai jasa pahlawan.
“Generasi muda harus dapat mewakili semangat para pahlawan dalam dunia digital. Saya berharap agar mereka dapat terus menginspirasi dan menjaga nilai-nilai luhur bangsa di tengah kemajuan zaman. Hari Pahlawan bukan sekadar peringatan, melainkan ajakan untuk terus menyambung semangat juang para pahlawan bangsa di era modern ini," katanya.