Ahad 10 Nov 2024 14:38 WIB

Mencintai Seseorang Melebih Rasulullah SAW, Bolehkah?

Mencintai Rasulullah SAW merupakan bagian dari keimanan.

ILUSTRASI Rasulullah SAW.
Foto: dok publicdomainpictures
ILUSTRASI Rasulullah SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Mencintai Rasulullah SAW merupakan bagian dari keimanan seorang Muslim, sebab Nabi adalah utusan Allah. Maka, janganlah seorang Muslim mencintai orang lain dengan menggebu melebihi kecintaannya terhadap Rasulullah SAW.

Pemimpin Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al-Musawa menjelaskan, mencintai Rasulullah SAW merupakan bukti berimannya seorang Muslim kepada Allah. Hal itu disebabkan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan utusan yang paling sukses dalam menyebarkan ajaran Islam.

Baca Juga

“Untuk itu, kita harus mencintai Rasulullah. Caranya seperti apa? Kita ikuti sunahnya, kita bershalawat, kita ikuti teladan Nabi,” kata Habib Nabiel dalam kajian live streaming, baru-baru ini.

Kemuliaan dan spesialnya Nabi pun diabadikan dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 144, Allah berfiman: “Wa maa Muhammadun illa Rasulun qad khalat min qablihi ar-rusulu, afa in maata aw qutila-nqalabtum ala a’qaabikum wa man yanqalib ala aqibihi falan yadhurrullaha syai-an wa sayajzillahu as-syaakirina,”.

Yang artinya: “Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur,”.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW berkata: “Laa yu’minu ahadukum hatta akuna ahabba ilaihi min waalidihi wa waladihi wannaasi ajma’in,”. Yang artinya: “Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sampai diriku (Rasulullah SAW) lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia,”.

Bahkan dalam hal tersebut pun, Rasulullah pernah mengoreksi Sayyidina Umar. Koreksian Nabi terhadap beliau adalah dengan menyatakan barulah benar keimanan Sayyidina Umar saat kecintaannya terhadap Rasulullah SAW bahkan melebihi diri sendiri.

“Karena ketika kita membela Nabi, maka itu termasuk bersyukur terhadap rahmat Allah SWT. Karena mencintai Nabi itu bagian dari keimanan kita, bahkan tidak sempurna iman kita jika kita mencintai orang lain melebihi cinta kita kepada Nabi,” ujar Habib Nabiel.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement