REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Setidaknya 33 warga sipil, termasuk 13 anak-anak, syahid pagi tadi dalam pembantaian mengerikan Israel di Jalur Gaza. Serangan tersebut melibatkan serangan udara yang menargetkan rumah padat penduduk di Jabalia, Gaza utara.
Menurut kantor berita WAFA, pesawat tempur Israel mengebom sebuah rumah milik keluarga Alloush di lingkungan pusat Jabalia, tempat banyak warga dan keluarga pengungsi mengungsi. Pengeboman tersebut menghancurkan seluruh bangunan, meninggalkan puing-puing dan kehancuran setelahnya.
Tim penyelamat berhasil menemukan 33 jenazah, termasuk 13 anak-anak, dan sejumlah besar orang terluka, beberapa di antaranya luka parah. Korban luka telah dipindahkan ke Rumah Sakit Baptis Al-Ahli terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
Namun, masih banyak lagi yang diyakini masih terjebak di bawah puing-puing, dan upaya untuk menemukan korban terus berlanjut seiring dengan operasi pencarian dan penyelamatan yang masih berlangsung.
Penyerangan terjadi sekitar pukul 06.00 waktu setempat saat warga masih berada di dalam rumah. Menurut seorang saksi mata, suasana cukup sepi terlepas dari dengungan drone dan quadcopter serta jet tempur yang bermanuver di kawasan tersebut.
Tiba-tiba, tanpa peringatan sebelumnya, rumah tersebut dibom. Menurut seorang saksi mata, rumah itu penuh dengan perempuan dan anak-anak yang mengungsi dari berbagai wilayah di Gaza utara dan berakhir di bangunan tersebut.
A young man is seen crying during the funeral prayer over the bodies of the victims of the Al-Aloush family massacre in northern Gaza. pic.twitter.com/sCMbWhKlvp
— Quds News Network (QudsNen) November 10, 2024
Menurut Aljazirah, ini adalah contoh bagaimana keluarga pengungsi, yang terpaksa mengungsi dari Jabalia dan pergi ke tempat lain untuk mencari perlindungan dan perlindungan, dibom, dibunuh, dan dijadikan cacat. Ini merupakan perpanjangan dari semua tindakan genosida yang telah terjadi selama lebih dari satu tahun dan saat ini 100 persen ditujukan terhadap warga sipil di Gaza utara.
Agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza sejak Oktober 2023 sejauh ini telah mengakibatkan setidaknya 43.552 korban jiwa warga Palestina, dan lebih dari 102.765 lainnya terluka. Ribuan korban dikhawatirkan terjebak di bawah reruntuhan, tidak dapat diakses oleh tim darurat dan pertahanan sipil akibat serangan Israel.
Serangan genosida Israel terus berlanjut meskipun ada seruan dari Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan gencatan senjata dan arahan dari Mahkamah Internasional yang mendesak diambilnya tindakan untuk mencegah genosida dan meringankan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.
Pembantaian berlanjut