REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional menggelar program pelatihan Training of Trainers (ToT) pengajar Alquran braille bagi penyandang disabilitas sensorik netra atau tunanetra di Yayasan Pesantren Bina Insan Cendekia, Jakarta mulai Rabu hingga Jumat (8/11).
Kepala Divisi Program Pendidikan dan Dakwah Baznas Farid Septian mengatakan, program tersebut merupakan kontribusi Baznas untuk memberikan fasilitas kepada penyandang disabilitas tunanetra agar bisa mendapatkan akses terhadap pendidikan Alquran.
“Kita ingin berupaya memberikan akses yang lebih kepada mereka agar tidak ada satu orang atau satu komunitas pun yang tertinggal dalam belajar tentang Alquran,” kata Farid dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Farid menyebutkan, program ToT pengajar Alquran bagi tunanetra ini merupakan salah satu sasaran dari penyaluran dana zakat yang dikelola oleh Baznas.
Sementara itu, Pimpinan Baznas Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Saidah Sakwan menyampaikan pihaknya melalui berbagai program akan berupaya memberikan manfaat kepada masyarakat yang membutuhkan, termasuk kepada penyandang disabilitas dalam memperoleh pendidikan agama dan Alquran.
“Program ini telah berlangsung di lima titik diseluruh Jabodetabek, dan kita juga telah melaksanakan ToT Alquran Isyarat di 25 titik di 23 Provinsi di seluruh Indonesia, terakhir di Papua Barat,” kata Saidah.
Saidah berharap, dengan adanya program ToT ini, Baznas bisa mencetak para tenaga pendidik Alquran braille yang berkualitas bagi tunanetra guna menghasilkan generasi penghafal Alquran dari kalangan penyandang disabilitas.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bina Insan Cendekia Jakarta, Baharudin menyambut baik kolaborasi dengan Baznas dalam menggelar pelatihan bagi para pengajar Alquran braille. Ia menyebutkan, para peserta pelatihan adalah guru-guru yang mengajar di sekolah luar biasa (SLB) yang berasal dari Jakarta, Depok, dan Bekasi.
Baharudin mendorong agar kegiatan pelatihan ini tidak hanya berhenti di peserta pelatihan melainkan diteruskan untuk diamalkan dan diajarkan kepada para siswa di SLB.
“Jadi ilmu dan pelatihan ini tidak hanya berhenti di bapak-ibu saja, tetapi juga mengajarkan ke siswa-siswanya, bila perlu orang tuanya juga minimal huruf hijaiyah. Jadi setelah mengajarkan anak-anak di sekolah, di rumah anak-anak juga bisa belajar dengan orang tuanya,” ucap Baharudin.