Senin 11 Nov 2024 09:13 WIB

Kemenhub Siapkan Alternatif Angkutan Laut Atasi Dampak Erupsi Gunung Lewotobi

Pengoperasionalan bandara masih menyesuaikan situasi abu vulkanik erupsi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Lava pijar keluar dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki tampak dari Desa Konga di Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Ahad (10/11/2024). Gunung Lewotobi Laki-laki hingga Ahad (10/11) pagi masih terpantau mengalami erupsi dan mengeluarkan lava pijar ke berbagai penjuru.
Foto: ANTARA FOTO/Mega Tokan
Lava pijar keluar dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki tampak dari Desa Konga di Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Ahad (10/11/2024). Gunung Lewotobi Laki-laki hingga Ahad (10/11) pagi masih terpantau mengalami erupsi dan mengeluarkan lava pijar ke berbagai penjuru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih terjadi hingga Ahad (10/11/2024). Hal tersebut berdampak pada berhentinya operasional beberapa bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi. 

Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama pemangku kepentingan terkait terus berupaya mencari alternatif untuk mendukung angkutan orang dan barang, salah satunya melalui angkutan laut.

 

“Beberapa bandara dan penerbangan berhenti sementara, angkutan laut menjadi alternatif dengan tetap mengutamakan aspek keselamatan," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Budi Rahardjo di Jakarta, Senin (11/11/2024).

 

Budi menyampaikan saat ini telah dilakukan penyesuaian rute pada KM Egon yang reguler melayani rute Waingapu-Lembar menjadi Labuan Bajo-Lembar. Kapal yang dijadwalkan tiba di Pelabuhan Lembar pada Senin (11/11/2024) pukul 18.00 WITA tersebut mengangkut 100 wisatawan yang ada di Labuan Bajo. 

 

Kemudian, kapal RoRo milik Dharma Lautan yang sandar di Labuan Bajo pada 11 dan 12 November 2024 akan diberi dispensasi jumlah penumpang, sesuai banyaknya alat keselamatan yang tersedia. Budi mengatakan kapal cepat juga dikerahkan melayani rute Labuan Bajo-Sape, untuk selanjutnya diarahkan menuju Bandara yang tidak terdampak seperti Bima atau Lembar. 

 

"Tidak hanya itu, Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Surabaya juga diminta memberangkatkan kapal patroli KNP Chundamani ke Bali pada Senin (11/11/2024) dini hari, dengan estimasi perjalanan 30 jam sampai Labuan Bajo," ucap Budi.

 

Untuk memperkuat koordinasi, komunikasi, serta sinkronisasi evakuasi, lanjut Budi, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Labuan Bajo membuka Posko Kesiapan Transportasi Laut di terminal penumpang, serta mengeluarkan Notice to Marine (NTM) Keselamatan dan broadcast melalui staisun radio pantai (SROP) setiap empat jam. Budi menyampaikan pengoperasionalan bandara masih menyesuaikan situasi abu vulkanik erupsi. 

 

Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tinggi kolom abu teramati lebih kurang 1.500 meter di atas puncak (lebih kurang 3.084 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah Utara. Erupsi ini terekam seismogram dengan amplitudo maksimum 14.8 mm dan durasi sementara lebih kurang 2 menit 15 detik. 

 

Terkait hal tersebut, per Senin (11/11/2024) pukul 06.12, Budi sampaikan Airnav Indonesia telah mengeluarkan informasi mengenai bandara-bandara yang buka maupun tutup akibat terdampak di sekitar wilayah erupsi. Bandara yang buka antara lain Bandara Gewayantana Larantuka, Bandara Wunopito Lewoleba, Bandara Tambolaka, serta Waingapu. Sedangkan bandara yang tutup antara lain Bandara Internasional Komodo, Bandara Fransiskus Xaverius Seda, Bandara H. Hasan Ende, Bandara Soa, serta Bandara Frans Sales Lega. 

 

Untuk mengatasi hal tersebut, selain dengan angkutan laut, sedang dilakukan pembahasan alternatif lainnya seperti penambahan frekuensi penerbangan di bandara terdekat yang tidak terdampak.

 

"Jika hingga Senin (11/11/2024) penerbangan dari Labuan Bajo belum bisa dilakukan, terbuka kemungkinan untuk kembali melakukan penyesuaian rute KM Egon. Jadi setelah tiba di Lembar, kapal tersebut kembali lagi ke Labuan Bajo,” kata Budi.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement