REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencegah eskalasi konflik di Ukraina. Pembicaraan telepon antara Trump dan Putin itu dilakukan pada Kamis (7/11/2024), menurut laporan Washington Post yang mengutip sejumlah sumber.
Surat kabar Amerika itu menyebut Trump berminat untuk berkomunikasi lebih lanjut dengan Putin guna membahas penyelesaian konflik Ukraina secepatnya. Trump secara pribadi mengisyaratkan bahwa ia akan mendukung kesepakatan perdamaian, yang di dalamnya Rusia akan mempertahankan beberapa wilayah.
Jika dikonfirmasi, pembicaraan melalui telepon tersebut merupakan percakapan pertama antara kedua pemimpin sejak Trump memenangi Pemilu Presiden AS pada 5 November. Sebelumnya, Wall Street Journal melaporkan dengan mengutip sejumlah sumber bahwa tim Trump diduga mengusulkan "pembekuan" konflik di Ukraina serta pembentukan zona demiliterisasi di sepanjang garis depan.
Trump juga disebut akan menjanjikan pasokan senjata baru sebagai imbalan atas janji pemerintah Ukraina untuk tidak bergabung dengan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) untuk sementara waktu. Wall Street Journal tidak menyebutkan secara pasti siapa yang akan menjaga keamanan di zona demiliterisasi tersebut tetapi, menurut salah satu sumber, mungkin bukan militer AS atau pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada Juni, Presiden Putin mengajukan inisiatif untuk penyelesaian konflik di Ukraina secara damai. Putin menggambarkan bahwa Moskow akan segera menghentikan serangan dan menyatakan kesiapan untuk berunding setelah pasukan Ukraina ditarik dari wilayah-wilayah baru Rusia.
Selain itu, pemimpin Rusia tersebut menegaskan bahwa Kiev harus menyatakan tidak berniat untuk bergabung dengan NATO, juga harus melakukan demiliterisasi, memberantas ideologi Nazi, serta serta memiliki netral, nonblok, dan nonnuklir. Putin juga menyebut pencabutan sanksi terhadap Rusia dalam konteks tersebut.