REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu hari, Rasulullah saw tengah shalat. Tiba-tiba datanglah Hasan dan Husen, cucu beliau dari pasangan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Mereka memanjat ke punggungnya ketika beliau sedang melakukan ruku'. Beliau terus saja dalam keadaan ruku' dan tidak mau mengusir mereka hingga kedua anak itu turun sendiri.
Pada kesempatan lain, Rasulullah saw shalat sambil mengangkat (menggendong) Umamah, cucu beliau dari Zainab. Saat beliau ruku', sang cucu diletakkan, dan apabila bangun, diangkat kembali. Nabi Muhammad saw juga sering keluar rumah sambil menggendong Hasan dan Husen. Yang satu di sebelah kanan dan yang satu lagi di sebelah kiri. Di rumah, kerap Rasulullah merangkak sementara Hasan dan Husen, bertengger di atas punggungnya. Dengan suka cita, Rasulullah pun berucap, ''Unta yang paling baik adalah onta kalian berdua, dan kalian adalah pengendara yang paling bahagia.''
Kasih sayang Nabi saw juga ditunjukkannya di tempat umum. Suatu hari beliau melihat Husen tengah bermain-main dengan kawan-kawan sebayanya. Langsung saja beliau membentangkan kedua tangannya, seraya mengejar hendak menangkap Husen. Sang cucu berlari ke sana ke mari. Rasulullah terus mengejar sambil tertawa senang. Kemudian Husen ditangkap, dipeluk dan dikecup.
Nukilan kisah-kisah di atas merupakan salah satu sisi paling menarik dalam pribadi Muhammad sebagai seorang ayah/kakek. Pancaran kelembutan dan kasih sayang beliau memukau sarjana Barat Rev John Davenport. ''Sebagai seorang ayah dan seorang sahabat, Muhammad memperlihatkan perasaan-perasaan yang paling halus dari sifat insani,'' kata Davenport.