REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Aku selalu menangis jika makan dengan cukup kenyang,'' kata Siti Aisyah, istri Rasulullah Muhammad saw. Seorang sahabat bertanya, ''Mengapa?'' Dijawabnya, ''Aku ingat Rasulullah yang selama hidupnya tidak pernah makan dengan puas, baik roti maupun daging berturut-turut selama dua hari."
Sepeninggal Rasulullah, para sahabat seringkali menangis kalau menghadapi hidangan makanan yang lezat. Mereka terkenang Rasulullah yang kerap kali menahan lapar, dan makan sekadarnya saja.
Riwayat di atas mengungkapkan dengan jelas betapa sederhana hidup Rasulullah Muhammad saw. Sungguh bertolak belakang dengan jabatan dan gelar yang disandangnya. Dia adalah Nabi dan Rasul, kepala pemerintahan, imam besar, orator ulung, penakluk -- yang oleh Lamertine dalam buku Histoire e la Turqui disebut pendiri 20 kerajaan dunia.
Dia pun seorang tokoh Quraisy yang sangat disegani. Namun, kedudukannya yang tinggi itu tidak menggodanya untuk hidup lebih dari sekadar cukup. Siti Aisyah meriwayatkan, ''Kadang-kadang sampai sebulan penuh terlewati tanpa api menyala di dapur kami. Kami hidup hanya dengan kurma dan air putih.''
Naufal bin Ayas meriwayatkan: Abdurrahman bin Auf adalah sahabat kami yang terbaik. Satu hari kami menemaninya bersama-sama pulang ke rumahnya. Ia lalu masuk dan mandi, setelah itu dihidangkan kepada kami satu piring besar roti dan daging. Ketika itu air matanya mulai mengalir. Kami bertanya mengapa dia menangis. Abdurrahman menjawab, ''Rasulullah dan keluarganya tidak pernah menikmati roti gandum yang halus seumur hidupnya. Aku tidak merasa apa yang kita nikmati secara melimpah sekarang ini sebagai sesuatu yang menyenangkan.''