REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Uskup Agung Canterbury Justin Welby, kepala Gereja Inggris dan pemimpin spiritual Persekutuan Anglikan global yang beranggotakan sekitar 65 juta jemaat, mengundurkan diri pada Selasa (12/11/2024). Hal ini ia lakukan setelah penyelidikan menemukan bahwa ia gagal memberi tahu polisi tentang pelecehan fisik dan seksual berantai yang dilakukan seorang sukarelawan di musim panas Kristen.
Gereja Inggris pekan lalu merilis hasil penyelidikan independen terhadap mendiang John Smyth, seorang pengacara terkemuka yang menurut laporan tersebut melakukan pelecehan seksual, psikologis dan fisik terhadap sekitar 30 anak laki-laki dan remaja putra di Inggris dan 85 di Afrika dari tahun 1970-an hingga kematiannya pada 2018.
Smyth pindah ke Zimbabwe pada tahun 1984 dan kemudian pindah ke Afrika Selatan. Dia melakukan pelecehan terhadap anak laki-laki dan remaja putra di Zimbabwe, dan terdapat bukti bahwa pelecehan tersebut berlanjut di Afrika Selatan hingga dia meninggal pada Agustus 2018, demikian temuan penyelidikan.
Tindakan Smyth tidak dipublikasikan sampai penyelidikan tahun 2017 oleh stasiun televisi Channel 4 Inggris, yang mengarahkan polisi di Hampshire untuk memulai penyelidikan. Polisi berencana untuk menanyai Smyth pada saat kematiannya dan bersiap untuk mengekstradisinya.
Laporan Makin Review setebal 251 halaman menyimpulkan bahwa Welby gagal melaporkan Smyth kepada pihak berwenang ketika dia diberitahu tentang pelecehan tersebut pada Agustus 2013, segera setelah dia menjadi Uskup Agung Canterbury. Seandainya dia melakukan hal tersebut, Smyth bisa saja dihentikan lebih cepat dan banyak korban bisa terhindar dari pelecehan tersebut, demikian temuan penyelidikan.